Jumat, 08 Juni 2012

ANALISA PENDIDIKAN GURU DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM KAJIAN PEMIKIRAN OEMAR HAMALIK (Menciptakan guru yang profesional dalam dunia pendidikan)


PENDIDIKAN GURU

A.    Sekilas tentang pendidikan guru
Pengembangan sumber daya manusia merupakan demensi penting dalam proses pembanguna nasional yang  saling berkaitan dengan pembangunan dimensi ekonomi. Oleh sebab itu, pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh berdasarkan perencanaan secara sistematik dan rinci yang mngacu ke masa depan. [1]
Pendidikan guru adalah sebuah proses untuk menciptakan guru yang profesional dalam sebuah pendidikan, agar pendidikan tidak mengalami kemundaran dan kehancuran. Maka disinilah calon guru dipersiapkan dengan sungguh-sungguh  sebelum terjun kedunia pendidikan.
Sistem pendidikan guru sebagai suatu subsistem pendidikan nasional merupakan factor kunci dan memiliki peran yang sangat strategis. Pada hakikatnya, peyenggaraan dan keberhasilan proses pendidikan pada semua jenjang dan semua satuan pendidikan ditentukan oleh foktor guru, di samping perlunya unsur-unsur penunjang lainnya. Kualitas kemampuan guru yang rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan derajat kemampun guru sejak mula disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru, baik secara berjenjang maupun secara keseluruhan.
Derajat kulitas pendidikan guru ditentukan oleh tingkat kualitas semua komponen yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap sistem pendidikan guru secara keseluruhan. Komponen-komponen tersebut adalah : siswa calon guru, pendidik, pembibimng calon guru, kurikulum, stategi pembelajaran, media instruksional, sarana dan prasarana, waktu dan ketersadiaan dana, serta masyarakat dan sosial budaya. Semua memberikan pengaruh dan warna terhadap proses pendidikan guru dalam upaya pencapaia tujuan pendidikan sistem pendidikan guru, yang hasil atau lulusnya dapat diketahui melalui komponen evaluasi secara menyeluruh dan kesinambungan.[2]
Pendidikan guru disini bermaksud untuk menciptakan guru atau tenaga pengajar tau akan tugas-tugasnya. Dan disini juga akan membentuk guru yang prefesional, disiplin, tanggung jawab, dan bisa mengarahkan, melatih, membimbing siswa menuju kejalan yang benar. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak pada usia dini jalur pendidikan pormal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[3]
1.      Kosep sistem pendidikan guru
Sistem adalah suatu totalitas yang meliputi berbagai komponen yang saling berinterelasi dan berinterelasi secara keseluruhan, baik secara structural maupun secara fungsional. Dalam rangka mengonsep sistem pendidikan guru, digunakan pendekataan sistem (system approach)[4]
2.      Beberapa Komponen sistem dalam Pendidikan Guru :
a.      Lulusan
Para lulusan adalah produksi sistem pendidikan guru. Kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, dan harapan masyarakat, yaitu guru yang baik, baik ditinjau dari proyeksi nasional( pancasila dan UUD 1945), proyeksi pembangunan nasional sebagai manusia pembangunan, dan dari segi criteria professional.[5]
b.      Calon siswa/mahasiswa (input)
Para calon siswa/mahasiswa adalah masukan dalam bentuk material mentah dalam proses pendidikan guru. Karena ledakan para calon besar, menyebabkan besarnya arus siswa berbagai jenjang pendidikan. Semua hal tersebut menjadi tanggung jawab sistem pendidikan guru untuk memprosesnya.[6]
c.       Proses pendidikan guru
Proses ini berlangsung dalam kelas. Dalam kegiatan ekstrakulikuler, dan pada kehidupan luar kelas. Lawrance Douney menyatakan bahwa proses pendidikan mengunadang 3 dimensi.
1.  Dimensi subtantif mengenai bahan apa yang akan dikerjakan.
2. Dimensi tingkah laku guru tentang bagaimana guru mengajar jadi, bertalian dengan kemampun guru dan metode mengajar.
3.  Dimensi lingkungan fisik, sarana, dan prasarana penidikan.[7]
d.      Manusia
Komponen ini terdiri dari unsur guru dan unsur staf personel.
 

                                           Input     Intruksional                                           
Metode     Kurikulum    Metode mengajar          media
 
Materi prasarana sarana          biaya
 
Manusia        Staf pengajaran Staf personel

 
                                               


 


 





                                                      Input Eksternal
 


Gambar 1.1 Sistem pendidikan guru sebagai keseluruhan.
Guru memegang perenana sangat penting dalam proses pendidikan guru. Karena itu herus memiliki kulifikasi professional sehingga mampu mengemban tugas dan peranannya. Dinyatakan oleh William Taylor bahwa pada masa mendatang peranan guru mangkin bertambah luas.  Guru merupakan agen koknitif, guru sebagai agen moral dan politik, guru selaku innovator, guru berperan sebagai kooperatif, guru sebagai agen persamaan sosial dan pendidikan. Selain itu, para staf personal bertugas menunjang proses pendidikan dengan memberikanpelayanan tekhnik dan administrative.[8]
e.       Metode
komponen ini menganung usur substantif atau program kurikuler, metode penyajian bahan, dan media pendidikan. Tiap jenjang pendidikan guru memiliki programnya sendiri, sesuai dengan tujuan institusionalnya, yang membutuhkan metode penyampaian dan media pendidikan yang tepat guna, demi tercapainya mutu lulusan yang baik.[9]
f.       Materi
Komponen ini mengandug fasilitas, serana dan prasarana pendidikan. Bila komponen ini telah tersedia secara memadai, maka akan memperlancar proses pendidikan dan akan memberikan mutu lulusan yang baik.[10]


g.      Evaluasi
Komponen ini berfungsi menilai sejauh mana keberhasilahan proses pendidikan guru, memeriksa mutu lulusan, dan menyediakan informasi yang berguna untuk memperbaiki sistem pendidikan guru pada masa yang akan mendatang.
h.      Umpan balik
Bila dari subsistem evaluasi ternyata terdapat berbagai kelemahan dalam sistem pendidikan guru, maka perlu ditinjau kembali dan doreorganisasi agar lebih mantap. Karena itu, komponen umpan balik sangat diperlukan dan perkembangan pengolaan sistem informasi. [11]
i.        Masyarakat
Komponen ini merupakan input eksternal sosial budaya. karena pendidikan adalah bagian integral dari kebudayaan maka sistem pendidikan guru. Yang menjadi bagian dari kebudayaan itu, berpungsi sebagai pengawet dan sekaligus pencifta dan kebudayaan.masyarakat dana sistem pendidikan guru saling mempengaruhi satu sama lain. Karena itu diperlukan tanggun jawab dan kerja sama secara efektif antara kedua pihak tersebut bersama pemerintah.[12]
Komponen-komponen tersebut saling berhubungan, saling ketergantungan, dan saling menerobos, baik antar komponennya maupun antar komponen-komponen dengan keseluruhan sistem pendidikan guru untuk menjapai tujuan pendidikan guru. perubahan pada satu komponen akan mempengaruhi komponen lainya dan sistem secara keseruhan.
Konteks masyarakat dan sosial budaya memiliki makna yang strategis dalam sistem pendidikan guru merupakan cermin dapat menimbulkan perubahan pada masyarakat dan budaya, pendidikan guru seharusnya menjadi   agen perubahan yang melakukan transformasi terhadap masyarakat. Komponen ini pula menjadi factor ominan penyebab perbedaan pada sistem pendidikan guru pada baerbagai Negara dan bangsa.[13]

B.     Program Pendidikan Guru
Isi pendidikan guru sesungguhnya berakar sejak masa lampau, yakni sejak munculnya pendidikan calon guru. Apa yang perlu diketahui oleh guru pada dasarnya bersumber dari kebudayaan, tingkat perkembangan, inteligensi, dan sensitivitas para pendidik guru itu.[14]
Isi pendidikan guru dan hal-hal yang perlu diketahui oleh guru berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berkut.
a.     Pengetahuan, keterampilan, dan moral yang ada dalam kebudayaan harus diajarkan secara sistematik. Asumsi ini menuju kepada konsep-konsep motivasi dan pengajaran.
b.    Pertumbuhan alami yang berkembang secara bebas tak dapat dipisahkan dari bakat individu. Asumsi ini bekenaan dengan konsep, bahwa guru perlu bekerja hanya pada suasana, material, dan kondisi yang relevan dengan indiviu yang bersangkutan.[15]
Kedua kenderungan tersebut sering dipertentangkan, namun pada akhirnya perlu  dipadukan, sebab antara kebudayaan dan bakat individu saling mempengaruhi. Di Amerika, isi program pendidikan guru memiliki sejarah sendiri, berkat pengaruh masyarakat dan kebudayaan yang berkembang dinegri tersebut. Di Indonesia kurikulum pendidikan guru memiliki isi yang berbeda.
Sejak zaman kolonial sampai sekarang, isi kurikulum pendidikan guru terus berkembang, mengalami perubahan, dan perbaikan karena pengaruh pandangan hidup, kondisi-kondisi social, ekonomi, dan politik, yang ada pada dalam masyarakat pada zamannya.
Perkembangan isi program pendidikan guru berlangsung berurutan, mulai dari ketrampilan menuju ke moralita. Kemuian dibidang-bidang studi. Setiap guru perlu memiliki isi yang diajarkan, tetapi apa yang diajarkan itu belum tentu sesuai dangan siswa.
Pandangan J.J. Rousseau, bahwa perkembangan anak berjalan sesuai dengan alami, juga berpengaruh terhadap isi pendidikan guru. Guru harus mengetahui hal-hal yang terbaik tentang hal-hal yang dipelajari siswa . program pendidikan guru harus mengandung aspek-aspek moralitas. Guru bertugas mengajarkan norma-norma yang ditentukan oleh tuhan. Penekatan ini dikenal dengan istilah The God’s Work Approach. [16]
Beberapa Komponen Tentang Pengetahuan Guru.
Berbjak dari pendapat Heberman, apat kita lihat bahwa pengetahuan guru paling tidak mengandung 12 komponen yang mengambarkan seorang guru yang baik, yatu:
1.    Keterampilan
2.    Etika                                       
3.    Disiplin ilmiah
4.    Konsep-konsep dasar
5.    Pelajar/siswa
6.    Suasana sosial
7.    Belajar
8.    Peagogik atau metodologi     pengajaran
9.    Proses
10.                         Teknologi
11.                         Pengembangan diri (self)
12.                         Perubahan dan inovasi
1.      Keterampilan
Guru-guru adalah orang-orang yang mampu melakukan keterampilan-keterampilan tertentu (selected skills). Keterampilan-keterampilan itu diperoleh melalui latihan-latihan keguruan. Pendekatan ini disebut technical approach. Pendekatan teknis terdiri dari pendekataan micro teaching dan pendekataan tujuan tngkah laku (behavioral objectives approach) yang satu sama lain berbeda tekananya.[17]
Keterampiilan-keterampilan sangat perlu dipelajari oleh guru agar dia mampu melakukan fungsi pengajaran.Pendekatan tujuan tingkah laku (behavioral objectives), guru belajar untuk menspesifikasikan tingkah laku siswa, tingkah laku terminal,dan criteria untuk menentukan prestasi tingkah laku siswa. Guru yang “baik” dapat merumuskan tujuan-tujuannya,yakni apa yang mereka harapkan terhadap para siswanya,kegiatan-kegiatan apa yang akan dilatihkan,dan pada tingkat mana suatu perilaku dapat diterima.Jika kedua pendekatan tersebut kita bandingkan, maka jelas terdapat perbedeaan yang cukup menonjol. Isi pendekatan tujuan tingkah laku kurang terperinci,akan tetapi lebih mudah melaksanakannya. Micro teaching menjadi tingkah laku guru sebagai focus latihan,sedangkan pada pendekatan tujuan tingkah laku kemampuan guru menspesifikan tingkah laku belajar siswa sebagai pusat latihan.
2.      Etika
Setiap program pendidikan guru. Bertujuan agar lulusannya mampu melaksanakan pendidikan terhadap anak didik sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Karena itu sejak awal ke-19, calon guru dilatih dalam pekerjaan etika agar mereka mampu mendidik anak supaya menjadi manusia yang baik sesuai dengan harkatnya. Para guru disiapkan agar mampu ikut aktif bekerja sama secara demokratis dalam kehidupan kelompok dan dalam proyek-proyek kerja sama lainnya. Anak-anak sering kali dipandang sebagai manifestasi etika komunal,persaingan tentu saja tak diperkenankan.isi pendidikan guru mengandung norma-norma etika kerja sama, untukitu dikembangkan programkegiatan, unit kelas, dan masalah-masalah kehidupan.[18]
3.      Disiplin ilmiah
Pada umumnya program pendidikan guru meliputi 3 disiplin ilmiah, yakni pendidikan umum (general education), pendidikan profesiaonal (professional studies), pendidikan spesialis (mayoring).[19]
Pendidikan umum dan pendidikan spesialisaai menasari studi professional. Pendidikan umum terdiri dari semua pelajaran dan pengalaman yang bersifat dasar (introductory) yang ditujukan kepada pengembangan “manusia terdidik” secara luas, yang meliputi ilmu alam ,ilmu social, estetika,dan humanitas. ilmu-ilmu ini dimaksudkan sebagai usaha memberi calon guru konsep-konsep umum yang luas didalam denah pengetahuan tentang manusia dan untuk membantu mereka memilih spesialisasi klak. Ketiga jenis pendidikan tersebut, tentu saja harus disusun dalam suatu organisasi yang seimbang (lihat organism komponen). Selain dari itu para ahli menganjurkan agar pendidikan umum dan pendidikan spesialis bersifat terbuka yang memberikan kebebasan bagi para siswa untuk melakukan pilihan. Dengan demikian diharapkan terjaminnya efektivitas proses pendidikan dan mendorong kegiatan belajar para siswa.
4.      Konsep-konsep dasar
Perbedaan ilmu pengetahuan berkat penemuan-penemuan baru menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat, semakin meluas dan menimbulkan cabang-cabang ilmu baru. Sesuatu ilmu yang pada masa abad lampau masih disebut cabang, kini berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, punya objek dan metodde serta sismatika sendiri.[20]
Ilmu pengetahuan memuat banyak informasi dan data tentang fakta-fakta dalam kehidupan. Para  ahli merasakan fakta-fakta yang luas itu tak mungkin diingat semua oleh anak-anak disekolah. Yang penting untuk perlu ikuasai dan dapat dilaksanakan ialah esensi pokok dan profesionalisasi ilmu tersebut.
Melalui analisis yang kritis, maka ditarik konsep-konsep dasar yang paling esensial yang termuat dalam setiap ilmu pengetahuan. Dengan demikian, mudah ditentukan mana yang dapat dikuasai sekaligus dan mana yang harus diperoleh melalui self discovery. Contoh, konsep dasar ekonomi,produksi,distribisi, dan konsumsi dalam psikologi dan stimulus respons. Semua konsep ilmu pengetahuan dijadikan komponen-komponen program pendidikan guru.
5.      Pelajar / Siswa
Komponen dasar dari semua program pendidikan guru merupakan perkembangan siswa sejak tingkat prakanak-kanak,masa kanak-kanak, dan adolesens masa (remaja). Asumsi yang mendasari komponen itu ialah, bahwa hakikat perkembangan anak atau pemuda harus menjadi suatu variabel dalam menentukan bagaimana guru akan berinteraksi dengan mereka yang meliputi dimensi fisiologis dan kepribadian. Lulusan program pendiikan guru diharapkan dapat menentukan secara umum perkembangan jasmaniah,emosional dan social pada kelompok-kelompok manusia yang akan mereka ajar. Situasi sekolah menuntut kematangan jasmani pada siswa, misalnya mampu menderita kelelahan karena lamanya duduk.[21]
Progam yang “lebih baik” adalah program yang berusaha memadukan (mengintegrasikan) studi tentang siswa dan kerja lapangan yang dilukiskan prinsip-prinsip perkembangan. Pada gilirannya harus pula truksional dengan dipertimbangkan perpaduan antara metode atau strategi instruksional dengan kebutuhan dan pradisposisi para siswa.
6.      Suasana Sosial    
Komponen suasana sosial berkenaan dengan nilai dan kultur  dari bermacam-macam kelompok masyarakat dimana guru akan bekerja kelak. Komponen ini perlu dipelajari oleh setiap calon guru dalam program pendidikan guru. Tujuannya ialah untuk memberikan pengetahuan tentang latar belakang sosial dan hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak. Dengan demikian calon guru akan mampu membimbing para siswa yang relevan dengan latar belakang sosial masyarakat sekitarnya dan melakukan prediksi serta  perspektif terhadap kondisi sosialdan nilai-nilai masa mendatang untuk mana anak-anak sedang dipersiapkan.[22]
Dalam sejarah ini, maka dalam semua program pendidikan guru dipelajari, misalnya sejarah, filsafat penikan, sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial dasar. Bahkan ada beberapa program yang memberikan pengalaman-pengalaman langsung di masyarakat, misalnya melalui KKN atau off campus teaching agar para calon guru memperoleh gambaran-gambaran yang kongkrit tentang kehidupan masyarakat.
7.      Belajar 
Calon guru perlu diberi petunjuk secara mendasar tentang bagaimana anak belajar sebagai persiapan untuk menjadi guru yang efektif dan mampu memberikan kesempatan kepada anak-anak agar mereka berkembang sesuai dengan cara yang unik.
Dalam psikologi pendidikan kita kenal tokoh-tokoh terkenal dalam teori belajar, seperti: skinner, piaget, rogers, maslaw, brunner, dan gueford. Teori-teori belajar yang mereka kembangkan sering bertentangan dan sering tidak sejalan. Masing-masing menurut pendekataan sendiri.
Dalam kerangka inilah komponen belajar perlu mendapat tempat semestinya dalam program penidikan guru, dengan memberikan studi yang meluas dan mendalam, bidang studi psikologi pendidikan dan psikologi belajar.[23]
8.      Pedagogik atau metodologi pengajaran  
Setiap program pndidikan guru berisikan studi tentang metode pengajaran. Metode pengajaran terdiri dari metode-metode umum (general method) dan metodik khusus untuk setiap mata pelajaran atau bidang-bidang studi, seperti: IPA, MAT, dan IPS. Tiap-tiap metodik khusus berbeda satu sama lain, masing-masing mempunyai pedagogic sendiri. Dalam metode khusus terpadu bidang studi dan ilmu keguruan, termasuk didalamnya metode umum dan prinsip-prinsip mengajar. Metodologi pengajaran harus dipelajari dalam bentuk teori dan praktek.
9.      Proses
Pengajaran harus ditentukan secara teliti dan berhati-hati dan guru harus ahli (exprert) dalam mengategorisasikan tingkah laku instruksional komponen “proses” merupakan tambahan baru yang lebih spesifik dalam pendidikan guru. Komponen proses terutama menekankan pada proses interiksi guru-siswa dalam perjumpaan atau dinamika interpersonal. Karena itu, guru harus dipersiapkan agar dapat mengawasi dirinya lopment melalui studi tentang proses belajar mengajar (PBM) bentuk-bentuk tingkah laku micro teaching , sebagai berikut : bertanya, merencanakan, pembuatan tugas, mengevaluasi siswa, metode idividualisasi, pendidikan yang epektif, dan klasifikasi nilai.
Melalui proses belajar mengajar tersebut diharapkan siswa belajar lebih aktif dan lebih berhasil, sekalipun jaminannya kepastian untuk mesih perlu diragukan. Berdasarkan pertimbangan itulah komponen “proses” juga dipelajari dalam setiap program pendidikan guru.[24]
10.  Teknologi  
Setiap program meliputi pekerjaan dalam bidang material,media, dan teknologi.para siswa calon gurun seharusnya diajar tentang cara penggunaan alat,media, dan teknologi yang ada,seperti proyektor, video tape, radio, rekaman,TV, microfilm, bahkan kalau ada komputer.
Akan tetapi, belum banyak sekolah guru yang telah memiliki alat-alat tersebut,sehingga pendidikan hanya dilakukan dengan ceramah saja, dan kalau ada biaya dengan karyawisata. Karena itu banyak calon guru kurang dipersiapkan menggunakan alat media. Mereka dilatih di sekolah-sekolah yang juga kurang memiliki alat media yang diperlukan, atau yang tidak punya motivasi dan keterampilan membuat sendiri alat meia dengan bahan-bahan sederhana.[25]
Dewasa ini teknologi pendidikan sudah demikian majunya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,dan kemajuan ini sangat berpengaruh terhadap program pendidikan guru. Karena itu para administrator hendaknya berusaha secara maksimal agar program pendiikan guru dilengkapi secara cermat dengan alat, media, dan teknologi yang memadai. Di samping berusaha untuk mempertinggi pengetahuan para pendidik calon guru , juga meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap pentingnya guru , jangan sampai alat perlengkapan yang telah disiapkan oleh pemerintah isimpan rapi dalam lemari tanpa dimanfaatkan dalam rangka mempersiapkan siswa calon guru.
11.  Pengembangan Diri
Setiap program pendidikan guru seharusnya juga melakukan usaha-usaha untuk mengembangkan diri (self) siswa ppendidikan guru. Sub program pendidikan guru ini penting, oleh sebab sangat erat pertaliannya daengan pembinaan mental, kepribadian, dan sikap mereka, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap prestasi belajar.[26]      
Setiap calon guru seharusnya memiliki self understanding yang baik, kepribadian yang terintegrasi dan keseimbangan antara fisis dan psikis. Calon guru yang prustasi, neorotik,bertanggung jawab atau memiliki kelemahan-kelemahan kepribadian lainny sulit diharapkan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan berhasil. Bahkan dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan para siswanya.
12.  Perubahan dan Inovasi
Pemerataan kesempatan belajar mendorong kearah perubahan dan inovasi dalam sistem persekolahan dan program pendidikan guru. Pesatnya pertumbuhan penduduk bersamaan dengan meningkatnya ilmu pengatahuan dan teknologi menyebabkan perlunya inovasi dalam strategi instruksional. Sekolah harus melayani berbagai struktur kemasyarakat dan berupaya demi keberhasilan program-programnya, maka sistem dan strategi pendidikan harus berusaha menigkatkan relevansi pendidikan. Masalah-masalah tersebut besar pengaruhnya terhadap isi program pendidikan guru guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan semakin berkembang.
Sehubungan dengan perubahan tersebut, program pendidikan guru perlu terbuka terhadap perubahan-perubahan dan berbagai upaya inovasi. . Perubahan itu, antara lain dilaksanakan pada struktur instruksional dalam bentuk penggunaan metode-metode yang lebih efektif. Perubahan dalam strategi persekolahan dalam bentuk penyusunan program pendidikan luar sekolah dan perubahan dalam bentuk penggunaan sumber-sumber bacaan yang relevan. Dengan demikian komponen perubahan harus menjadi pertimbanagan dan mendasari program pendidikan guru.[27]

C.    Stategi Instruksional Dalam Proses Pendidikan Guru
Strategi instrusional adalah metode dalam  prosedur yang perlu ditempuh oleh guru dan siswa dalam mengembangkan proses belajar. Perlu kita tekankan, bahwa penguasa strategi instruksional oleh guru professional bukan hanya terletak pada segi kognitif, tetapi juga dalam segi eterampilan psiomoteris. Seorang guru dinilai telah menguasai strategi instruksional jika ia telah memiliki kopetensi dalam strategi bersangkutan, yang dapat diamati berdasarkan demonstrasi dalam suasana pengajaran di kelas secara aktual.[28]
Beberapa strategi yang menyangkut dengan srategi insruksional.
1.      Paket kegiatan blajar
Paket kegiatan blajar (performance based learning activitypackages)adalah suatu srategi insruktional yang berdasarkan konsep perilaku (performace atau koperency) sbagaai realisasi dari atas accountability dalam belajar. Plajaran yang berasarkan perilaku ini memang masihsering dipertanyakan, sehinggaperumusan istilah tersebut masihh belum ada kesepakatan di kalangan para ahli penidikan. Namun demikian,kita perlu mengikuti paling sedikt mencoba menerapkan salah satu perumusan yang dijadikan sbagai titik tolak.
2.      Pendekatan laboratorium
Pendekatan laboratorium dalam pengajaran dilatarbelakangi oleh filsafat pendidikan Pestalozzi (146-1824) yang mengemukakan, bahwa pendidikan harus berlangsung dengan cara berbuat(doing) sbagai pengganti kata-kata. Metode blajar harus bersifat analitis, objek-objek nyata,dan prakrakarsa(ide-ide) harus mendahului simbol-simbol dan kata-kata.filsafat  pendidikan pesyalozzi banyak di pengaruhi oleh teori sosial J.J. rousseau dalam bukunya emile. Dalam hal ini, Pestalozzi di panang pandang telah mengadakan revolusi dalam metode dan mata pelajaran terutama pada tingkat pendidikan sekolah dasar,bahkan dapat pula di pandang sebagai bapak pendidikan modem. Misalnya dikemukakan ”jika kita mengajar geografi seharusnya bawalah anak-anak berjalan-jalan agar mereka lebih menyadari lingkunggannya ” ia yakin, bahwa sesuatu yang absrak dapat di pahami apabila telah menguasai ide-ide yang konket.
Di amerika, pandangan pastalozzi telah berkembang engan pesat dan di terapkan dalam pendidikan pada berbagai bidang. Para guru melaksanakan ide-ide Pestalozzi yang di sebut ”metode laboratori” dalam melaksanakan metode ini, guru melaksanakan:
1.      Memperkenalkan beberapa bentuk realita ke dalam pelajaran, misalnya petunjukan (exhibit, model, produk, dan sebagainya).
2.      Merencanakan secara reliti serangkaian pengajaran lansug yang sama dengan manual laboratori bagi kegiatan-kegiatan siswa guna memecahkan masalah di bawah bimbingan guru.[29]
 
4. Kurikulum Pendidikan Guru
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni curriculum yang artinya a running course atau  race course,especially a chariot race course. juga diambil dari bahasa prancis, yakni courier yang artinya adalah berlari ( to run). Kemudian, istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.[30]
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya kurikulum adalah dilihat dari arti lama yaitu sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa/murid untuk memperoleh ijazah. [31]
Beberapa hal yang terkait dengan kurikulum pendidikan guru.
1.      Pengaruh-Pengaruh Terhadap Struktur Dan Isi kurikulum Pendidikan
Dewasa ini Negara-negara maju seperti Amerika tertarik mempelajari masalah struktur dan isi pendidikan guru. berbagai pendapat dari berbagai pihak, seperti media masa, para pengawas dan kepala sekolah, para guru, bahkan dari kalangan perguruan tinggi memberi banyak masukan pada perubahan pola pendidikan guru. kemudian telah diambil banyak keputusan tentang hal tersebut.
 Pembuatan keputusan kurikulum pendidikan guru bukan berdasarkan tradisi, adat kebiasaan, dan intuasi, melainkan seharusnya menggunaka atribut-atribut artikel, yakni akal, refleksi, logika, dan metode inteligensi.
Selanjutnya tentang kriteria disini Denemark mengemukankan bahwa criteria yang disarankan tidak perlu diikuti secara persis, tetapi hanya sebagai kerangka untuk membuat keputusan kurikulum pendidikan guru. hal itu didasarkan atas pertimbangan, karena setiap lembaga memilikiciri dan caranya sendiri-sendiri yang sudah tentu akan turut mewarnai keputusan-keputusan yang dibuat.
2.      Beberapa Asumsi yang Implisit dalam Kriteria
Kreteria yang disarankan dalam tulisan ini berdasarkan pada asumsi sebagai berikut.
a.         Kesepakatan tentang penggunaan metode rasional dalam perencanaan kurikulum.
b.         Percaya bahwa struktur dan fleksibilitas adalah unsur-unsur yang saling barekaitan satu sama lain dalam program pendidikan guru.
c.         Kesepakatan pada suatu konsepsi tentang pendidikan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk merealisasikan seyiap potensi yang dimiliki setiap individu.
d.        Pengajaran adala suatu proses yang sangat penting dan kompleks yang menurut standar yang tepat terhadap prilaku guru pada tiap jenjang pendidikan.
f.          Pengajaran memperhatikan perbedaan prosedur dan tekhnik untuk tingkat umur yang berbeda, yang menetik beratkan pada kualitas dan relevansi sepangkat kreteria yang ditujukan kepada instruksional.
g.         Kesepakatan terhadap pentingnya pendidikan umum dan spesialisasi terhadap pendidikan professional dalam rangka mempersiapkan para guru.
h.         Komitmen terhadap pentingnya ikatan sistemik antara pre-servise dan in-servise dalam pendidikan guru.
Beberapa kreteria kurikulum :
1.    Perumusan dan penilaian tujuan.
2.    Pemilihan dan pembimbingan siswa.
3.    Pemilihan isi kurikulum.
Dalam pemilihin isi kurikulum, ada beberapa kreterianya:
a.    Kreteria pemilihan isi kurikulum.
b.   Kreteria memilih isi pendidikan umum.
c.    Kreteria memilih isi pendidikan spesialis.
d.   Kreteria yang berhubungan dengan pendidikan professional
4.    Pemilihan dan penggunaan alat-alat instuksional.
Dalam pemilihan pengunaan alat, disini juga ada beberapa kreteria:
a.    Kreteria yang berhubungan dengan pendidikan tinggi.
b.    Kreteria yang berkenaan dengan bimbingan dan  penyuluhan sebagai alat instruksional.
c.    Kreteria yang berkenaan dengan perubahan professional
5.      Pengorganisasian kurikulum.
6.      Penilaian terhadap hasil belajar siswa dan efektifitas program.
3.      Implikasi Terhadap Pengembangan Kurikulum Pendidikan Guru 
    Kreteria-kreteria yang dikemukan diatas sudah bukan permasalahan baru bagi pembinaan kurikulum pendidikan guru dinegara kita.
Kurikulum pendidikan guru bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia yang ber-pancasila dan manusia pembangunan… dan seterusnya (lihat GBHN). Tujuan pendidikan yang bersifat umum ini menjadi landasan dalam menentukan tujuan instrusional (umum dan khusus).tujuan institusional khusus meliputi pengembangan pengetahuan , keterampilan, nilai, dan sikap.[32]

5. Evaluasi Pendidikan Guru
Evaluasi adalah suatu proses yang sangat penting dalam proses pendidikan guru, tetapi pihak-pihak yang terikat dalam program ini seringkali melalaikan atau tak menghayati sungguh-sungguh proses evaluasi tersebut. Lembaga pendidikan guru seharusnya melakukan proses evaluasi yang sesuai dengan fungsi dan kondisi yang dimilikinya, namun nyatanya masih banyak lembaga yang tak melaksanakannya secara cermat dan serius.
Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.[33]
Lembaga pendidikan guru tipe ini lebih mengutamakan fungsi penyampaian bahan-bahan program dan kurang dalam proses evaluasinya. Para administrator bertanggung jawab menggariskan kebijakan yang harus ditempuh oleh lembaga pendidikan guru dan menyediakan finansial yang diperlukan, tetapi jarang yang melakukan evaluasi atas pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh lembaga.[34]
Kenyataan-kenyataan tersebut seyogianya tak perlu terjadi andaikata pihak-pihak bersangkutan telah menyadari pentingnya program evaluasi, aspek-aspek yang harus dievaluasi, cara mengevaluasi, siapa yang mengevaluasi, dan hal-hal apa yang harus dikerjakan berdasarkan hasil-hasil evaluasi yang telah diperoleh. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, bahwa pelaksanaan program evaluasi bukan menjadi monopoli salah satu pihak, melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak.
Pendekatan evaluasi dapat dikelompokkan menjadi 3 kriteria, yaitu:
1.         Kriteria presage sebagai kriteria institusional
Kriteria presage meliputi semua karakteristik umum yang biasa digunakan untuk memprediksi efektivitas suatu usaha pendidikan. Misalnya, latar belakang siswa dari kota atau pedesaan dapat digunakan sebagai masukan untuk menilai belajar siswa, pengalaman kerja guru dan tingkat pendidikan guru dapat dipergunakan untuk menilai efektivitas guru, dan sebagainya.
2.         Criteria proses yang sinonim dengan ktreteria prgrom
Kreteria proses digunakan untuk menilai apa yang terjadi dalam pelaksanaan progrom atas asumsi, bahwa setiap kegiataan diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Minsalnya, apakah siswa memutuskan sendiri kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya, apakah guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut konseptualisasi tertantu, apakah program pendidikan guru mengajarkan cara mengajar IPS,IPA dan sebagainya.


3.         Kreteria produk
Kreteria produk biasanya mendapat perhatian yang menonjol dan menjadi bahan pertimbangan utama untuk menilai suatu program pendidikan guru. Kriteria ini meliputi nilai hasil belajar siswa, perilaku guru dalam hubungan dengan nilai siswa, dan kegiatan-kegiatan guru yang terkait dengan tingkah laku instruksional khusus.

















BAB II
PENDIDIKAN ISLAM

1.      Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan islam adalah : proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasaan, dan pengembangan potensinya, guna menggunakan keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan diakhirat. [35]
Definisi diatas memiliki lima unsur pokok pendidikan islam, yaitu:
a.      Proses transinternalisasi.
Upaya dalam pendidikan islam dilakukan secara bertahap , berjenjang, terencana, terstruktur, sistematik, dan terus-menerus dengan cara transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai islam pada peserta didik.
b.      Pengetahuan dan nilai islam.
Materi yang diberikan pada peserta didik adalah ilmu pengetahuan dan nilai islam, yaitu pengetahuan dan nilai yang diturunkan dari Allah(Ilahiyah) Atau materi yang memiliki criteria epistemologi dan aksiologi Islam, sehingga outputnya pendidikan memiliki ‘wajah-wajah’ islam setiap tindak-tunduknya. Pengetahuan dan nilai islam, terdapat tiga objek, yaitu objek afaqi, yang berkaitan dengan alam fisik (baik langit maupun bumi) ; objek anfusi, yaitu yang berkaiyan dengan alam psikis (kejiwaan atau batiniah) ; dan objek haqqi dan qur’ani, yang berkaitan dengan sistem nilai untuk mengarahkan kehidupan spiritual manusia.[36]
c.       Kepada peserta didik.
Pendidikan diberikan kepada peserta didik sebagai subjek dan objek pendidikan. Dikatakan karena ia mengembangkan aktulisasi itu. Dikatakan objek karena ia menjadi sasaran dan transformasi ilmu pengetahuan dan nilai islam, agar ilmu dan nilai itu tetap lestari dari generasi ke generasi berikutnya.
d.      Melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, penguasaan dan pengembangan potensinya.
Tugas pokok pendidikan adalah memberikan pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasaan, dan pengembangan potensi peserta didik agar terbentuk dan perkembangan daya kreativitas dan produktivitasnya tampa mengabaikan potensi dasarnya.
e.       Guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup didunia dan diakhirat.
Tujuan akhir pendidikan islam adalah terciptanya insan kamil (manusia sempurna), yaitu manusia yang mampu menyelaraskan dan memenuhi kebutuhan hajat hidup jangka pendek, seperti pemenuhan kebutuhan duniawi, tetapi juga memenuhi hajat hidup jangka panjang seperti pemenuhan seperti pemenuha kebutuhan diakhirat kelak.

2.      Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan islam merupakan landasan oprasional yang dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan islam. Menurut Hasan Langgulung, dasar oprasional pendidikan islam itu terdapat tujuh macam, yaitu : historis, sosiologis, ekonomi, politik, dan administrasi, psikologis, dan filosofis.[37]
a.      Dasar Historis
Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam betuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar kebajikan yang ditempuh masa kini akan lebih baik. Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa depan, karena dasar ini memberi data input tentang kelemahan dan kekurangan kebijakan serta maju mundurnya prestasi pendidikan yang ditempuh. Firman Allah SWT. Dalam QR. Al-Hasyr ayat 18: “ dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok.” Minsalnya , bangsa arab memiliki kegemaran untuk bersastra, maka pendidikan satra diarab menjadi penting dalam kurikulum masa kini, sebab sastra selain menjadi identitas dan potensi akademik bagi bagi bangsa arab juga sebagai sumber parekat bangsa.[38]


b.      Dasar Sosiologis
Dasar sosiologi adalah dasar yang memberikan kerangka sosio-budaya, yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar ini juga berfungsi juga sebagai tolak ukur dalam prestasi belajar. Artinya : tinggi rendahnya suatu pendidikan dapat diukur dari tingkat relevansi output pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.[39]  
c.       Dasar ekonomi
Dasar ekonomi adalah yang memberikan perspktif tentang potensi-potensi financial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta bertanggung jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaan. Oleh karena itu, pendidikan dianggap sebagai suatu yang luhu, maka sumber-sumber fanensial dalam menghidupkan pendidikan harus bersih, suci dan tidak bercampur dengan harta benda yang syubhat. Ekonomi yang kotor akan menjadikan ketidakberkahan hasil pendidikan.[40]


d.      Dasar Politik dan Administrasi
Dasar politik dan administrasi adalah dasar yang memberikan bingkai ideologis, baik yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan direncanakan bersama. Dasar ini berguna untuk menetukan kebijakan umum (ammah) dalam rangka mencapai kemaslahatan bersama, bukan kemaslahatan hanya untuk golongan atau kelompok tertentu. Sementra dasar administrasi berguna untuk memudahkan pelayan pendidikan, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancer tampa ada gangguan teknis dalam pelaksanaannya.[41]
e.       Dasar Psikologi
Dasar psikologi adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar ini membrikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah dilingkungan pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.[42]
f.       Dasar filosofis
Dasar filosofis adalah dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan member arah kepada menjadi acuan terpenting dalam pendidikan, sebab filsafat bagi mereka merupakan induk dari segala dasar pendidikan. Sementara bagi masyarakat religius, seperti masyarakat muslim, dasar ini sekedar menjadi bagian dari cara berfikir dibidang pendidikan secara sistematik, redikal, dan universal yang asas-asasnya diturunkan dari nilai ilahiyah. [43]

g.      Dasar Riligius
Dasar riligius adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini menjadi penting dalam pendidikan islam, sebab dengan dasar ini, maka semua kegiatan pendidikan jadi bermakna. Keberadaan agama, yang diadaptasikan dari Abdul Mujib,[44] diantara oprasional pendidikan islamyang lain dapat diilustrasikan seperti gambar dibawah ini.
Dari gambar disamping, itu menunjukan bahwa agama menjadi sumbu bagi dasar oprasional pendidikan islam. Gambar tersebut memiliki empat lingkaran: (1). Lingkaran (yang paling dalam) imaniyah-ilahiyyah, yang intinya berupa rukun iman. (2). Lingkaran (yang kedua dari dalam) ubudiyyah-ilahiyyah yang intinya berupa islam. (3). Lingkaran (yang ketiga dari dalam) yang intinya berupa dasar yang muncul dari ijtihat manusia. (4). Lingkaran (yang keempat dari dalam) mu’amalah-insaniyah yang intinya berupa aktivitas-aktivitas pendidikan dan pelaksaananya didasarkan atas dasar-dasar kemanusiaan (seperti: historis, sosiologis, politik, dan administratif, ekonomi, psikologis, dan filosofis) tampa dikaitkan dengan dasar agama.[45]



Gambar 1.2 Agama dalam sistem pendidikan islam.

3.      Metode Pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang berarti melalui , dan “hodos” yang berarti jalan atau cara ke. Dalam bahasa Arab metode disebut “tariqah” yang artinya jalan, cara, sistem, atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut istilah metode adalah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.[46]
Metode artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[47]
Sedangkan pendidikan islam yaitu bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhan berdasarkan norma-norma islam agar terbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.[48]
Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan metode pendidikan islam dengan merujuk pengertian diatas adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim.
Metode pendidikan islam mempunya peranan penting, sebab merupakan jembatan yang menghubungkan pendidik dan anak didik menuju kepada tujuan pendidikan islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Berhasil atau tidaknya pendidikan islam dipengaruhi oleh factor-faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan islam, dalam hal ini metode pendidikan islam merupakan bagian dari factor pendukung tersebut, secara tidak lansung metode pendidikan islam ikut menentuk keberhasilan pendidikan islam.
Berbicara tentang metode pendidikan Islam, ada beberapa jenis metode pendidikan Islam yaitu didiantaranya adalah :
1.         Memberikan kebebasan kepada anak didik sesuai dengan kebutuhan.
2.         Mendidik dengan pendekatan perasaan dan akal pikiran.
3.         Mendidik secara informal.
4.         Mendidik secara formal.
5.         Mendidik melalui cerita.
6.         Mendidik melalui kebiasaan.
7.         Menyalurkan kekuatan.
8.         Mendidik melalui pristiwa-pristiwa.
Dieraglobalisasi ini menurut Abdurrahman ma’sud, seorang guru harus memilih metode yang sesuai dengan nilai-nilai humanize riligius.[49]

4.      Kurukulum Pendidikan Islam
Setiap kegiatan ilmiah memerlikan suatu perencanaan dan organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian pula dalam pendidikan, diperlikan adanya program yang terencana dan menghantar proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “ kurikulum pendidikan”.
Komponen kurikulum tersebut paling tidak mencakup tujuan, struktur program, strategi pelaksanaan yang menyangkut sistem penyajian pelajaran, penilaian hasil belajar, bimbingan-penyuluhan, administrasi, dan supervise pendidikan.[50]
Dalam isi kurikulum pendidikan islam, Finc dan Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam perumusannya, dan untuk menentukan kualifikasi isi kurikulum itu dibutuhkan juga syarat-syaratny, setelah syarat-syaratnya terpenuh, maka disusunlah isi kurikulum pendidikan islam. Disini juga  Ibnu Khaldum membagi isi kurikulum pendidikan islam menjadi dua tingkatan:
1.         Tingkatan pemula (manhaj ibtida’i)
Materi kurikulum pemula dipokuskan pada pembelajaran Al-Qur’an dan As-Sunah. Ibnu Khadum memandang bahwa Al-Qur’a merupakan asal agama, sumber beberapa ilmu pengetahuan, dan asas pelaksana pendidikan islam. Disamping itu, mengingat isi Al-Qur’an mencakup materi penanam akidah dan keimanan pada jiwa peserta didik, serta memuat akidah mulia, dan pembinaan pribadi menuju prilaku yang positif.
2.      Tingkatan atas (manhaj ‘ali)
Kurikulum tingkat atas ini mempunyai dua kulifikasi, yaitu : 1. Ilmu-ilmu yang yang berkaitan dengan zatnya sendiri, seperti ilmu syariah yang mencakup fikih, tafsir, hadis, ilmu kalam, ilmu bumi, ilmu filsafat. 2. Ilmu-ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain, bukan berkaitan dengan zatnya sendiri. Minsalnya ilmu bahasa, ilmu matematika, ilmu mantiq(logika). 
Ciri-Ciri Khusus Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan islam memiliki cirri-ciri yang khusus, yaitu sebagai berikut:
1.         Dalam kurikulum pendidikan islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak didik untuk brtauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dirunut berasal dari ajaran islam.
2.         Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang memiliki kayakinan kepada tuhan.
3.         Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan berdasarkan / landasan Al-Qur’an dan Al- Sunnah.
4.         Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan akhlak anak didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan kongkrit.
5.         Pembinaan akhlak danak didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari tuntutan islam; dan
6.         Tidak ada kedaluwarsa kurikulum karena cirri khas kurikulum islam senantiasa relevan dengan perkembangan zaman bukan menjadi filter kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya dalam kehidupan masyarakat.[51]  

3.      Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.[52] Evaluasi pendidikan islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas didalam pendidikan islam.[53]
Evaluasi pendidikan islam itu bertujuan untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih kebranian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan dan mengetahui tingkat peubahan tingkah lakunya.
Dan adapun fungsi dari evaluasi pedidikan islam itu sendiri adalah untuk membantu peserta didik agar ia dapat mengubah atau mengambangkan tingkah laku secara sadar,serta member bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila bebuat sebagaimana mestinya. Disamping itu, fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan metode pembelajaran serta membantu dan mempertimbangkan administrsinya.[54]
Ada beberapa prinsip, sistem, dan cara pelaksanaan evaluasi pendidikan islam.
1.      Prinsip :
Ø  Prisip kesinambungan
Ø  Prinsip menyeluruh
Ø  Prinsip objektivitas
2.      Sistem
Sistem evaluasi disini berdasari dari Al-Qur’an dan Al-hadits yang berimplikasikan sebagai berikut:
Ø  Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problem kehidupan yang dialami (QS. Al-baqarah:155)
Ø  Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikaan Rosulullah SAW. Kepada umatnya (QS. Al-Nam:40), seperti pengevalusian Nabi sulaiman terhadap burung Hud-hud (QS. Al-Naml:27)
Ø  Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (QS.As-Shaffat: 103-107).
Ø  Untuk mengkur dya kognisi, hapalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti pengevaluaisian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al- Baqarah: 31).
Ø  Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktivitas yang baik, dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk (QS. Az-Zalzalah:7-8).
3.      Cara pelaksanaannya
Disini ada dua cara pelaksanaan evaluasai pendidikan islam
Ø  Evaluasi terhadap diri sendiri
Ø  Evaluasi terhadap orang lain
1.      Evaluasi terhadap diri sendiri
Evaluasi terhadap diri sendiri yang sesungguhnya, akan mampu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, karena yang mengetahui prilaku individu adalah individu itu sendiri. Umar bin al-Khattab berkata: “hasibu qabla ‘an tuhasabu” (evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi oleh orang lain).[55]
2.      Evaluasi kegiatan orang lain
Evaluasi terhadap prilaku orang lain harus disertai dengan amr ma’ruf dan nahi munkar (mengajar yang baik dan mencegah yang mungkar) [56]



BAB III
ANALISA
PENDIDIKAN GURU PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
KAJIAN PEMIKIRAN OEMAR HAMALIK
(menciptakan guru yang professional dalam dunia pendidikan)

A.    Pendidikan Guru perspektif Oemar Hamalik
Pengembangan sumber daya manusian merupakan dimensi penting dalam pembangun nasional yang saling berkaitan dengan pembangunan dimensi ekonomi. Oleh sebab itu, pengembangan sumber daya manusia harus dapat perhatian secara sungguh-sungguh, berdasarkan perencanaan secara sistematik dan rinci yang mengacu pada masa depan. Dalam suatu proses, tampa adanya sebuah playning atau perencanaan, maka kemungkinan besar akan gagal dalam menuju sesuatu yang menjadi impian atau suatu yang diharapkan.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.[57] Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tentunya, yang diantaranya mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Ketika seoarng guru dipandang rendah oleh peserta didik (tidak wibawa), maka pendidikan itu tidak akan berjalan dengan maksimal segaimana semestinya dan seorang siswa tentunya akan memandang guru tersebut dengan sebelah mata  (disepelekan). Dalam dunia pendidikan, guru sangatlah berperan penting bagi peserta didik.
Guru adalah fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang meyakinkan, kemudahan dalam proses kegiatan belajar anak didik.[58] Selain fasilitator, guru juga adalah sebagai pendidik, pengajar, pelatih, penasehat, pembaharu (Inovator), pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, sebagai aktor, emansipator, evaluator, kulminator. Maka dari hal ini, pendidikan guru akan berperan penting dalam hal ini. Disinilah seorang guru akan dididik bagaimana untuk mempersiap-siapkan apa-apa yang akan nanti mau diberikan kepada peserta didik (siswa).
Semua tenaga pengajar (guru) harus memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya, anatra lain disini seorang guru mendesain tentang hal-hal yang akan dikerjakan. Maksudnya disini ialah agar pekerjaannya berhasil dengan baik dan memuaskan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Dalam kemampuan membuat desain juga harus dimiliki oleh setiap kepedidikan. Dan selaku tenaga profesional, guru harus mampu membuaat desain pendidikan atau desain intruksional karena semua guru menginginkan hasil pendidikannya berhasil dengan baik dan menjadi acuan atau sudut pandang bagi siswa-siswa yang berposisi dibawahnya (adek kelasnya). Apalagi dia (guru) bukan berhadapan dengan benda-benda mati, tetapi “anak manusia” yang sedang tumbuh dan berkembang. Dipihak lain, seorang guru berkewajiban membawa moral anak-anak didiknya kearah bangsa yang berlandasan pancasila.[59]  
Dalam sisitem pendidikan guru sebagai suatu subsistem pendidikan nasional merupakan factor kunci dan memiliki peran yang sangat strategis. Pada hakekatnya, penyelenggaraan dan keberhasilan prose pendidikan pada semua jenjang dan semua satuan pendidika ditetukan oleh factor guru. disamping perlunya unsur-unsur penunjang lainnya yang membangun akan proses ini.
Kualitas kemampuan guru yang rendah akan berdampak pula pada rendahnya mutu pendidikan. Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik (siswa) baik secara individual maupun kelompok (klasikal), disekolah maupun diluar sekolah.[60] Artinya, guru tidak memandang tempat, dimanapun dia berada, seorang guru tetaplah guru. adapun guru disini, guru tersebut haruslah selalu aktif dalam membimbing dan membina anak didiknya (siswa).
Berangkat dari situlah, ketika seorang guru itu tidak mempuyai kemampuan atau ilmu pengetahuan tentang profesinya sebagai seorang guru, maka suatu kependidikan tersebut akan tidak sesuai dengan suatu pendidikan yang diinginkan sebelumnya. Seorang guru disini memang butuh usaha yang keras agar sesuatu yang telah diinginkan atau yang telah ditargetkan bisa tercapai dengan maksimal. Ketika sebuah pendidikan tersebut tidak mempunyai pegangan atau pembekalan sebelumnya, maka pendidikan tersebut tidak akan efektif dan selalu ketinggalan apabila dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lain yang memakai ilmu pengetahuan tantang hal kependidikan tersebut atau bisa dikatakan pendidikan tersebut akan  susah mencapai pendidikan yang sebagaimana mestinya. Sedangkan disini derajat kemampuan guru sejak mula sudah disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru, baik secara berjenjang maupun secara keseluruhan.
Factor kunci keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan adalah pada sistem pendidikan. Di mana kualitas pendidikan guru akan berdampak pada tinggi rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan derajat kualitas pendidikan guru ditentukan oleh tingkat kualitas semua komponen yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap sistem pendidikan guru secara keseluruhan. Komponen-komponen tersebut adalah siswa calon guru, pendidik, pembimbing calon guru, kurikulum, strategi pembelajaran,media instruksional, srana dan prasarana, waktu dan ketersedian dana, serta masyarakat dan sosial budaya. Semua memberikan pengaruh dan warna terhadap proses pendidikan guru dalam upaya mencapai tujuan sistem pendidikan guru, yang hasil atau lulusannya dapat diketahui melalui komponen evaluasi (tahap masukan, tahap proses, dan tahap kelulusan) secara keseluruh dan berkesinambungan.



B.     Pendidikan Guru Perspektif pendidikan islam
Setiap insan yang hidup didunia ini adalah makhluk belajar, yang setiap saat harus belajar dan belajar. Begitu juga dengan seoarng guru yang masih banyak membutuhkan ilmu-ilmu pengetahuan untuk mempersiapkan semua apa yang dibutuhkan nanti oleh siswa. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dari diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan[61]. Dari penampilan, sikap, sifat dan lain sebagainya. Penampilan seorang guru dalam berbagai situasi dan kondisi pada dasarnya merupakan cerminan dari kualitas  kepribadiannya sebagai keseluruhan prilaku dalam berbagai aspek secara kualitatif membentuk keunikan dalam interaksi dengan lingkungan.
Dalam lingkungan pendidikan, penampilan guru merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan kenerja professional secara tepat dan aktif. Pendidikan garu dalam pendidikan islam, mempunyai peranan yang sangat mendasar yaitu memberikan landasan, corak, dan nuansa islami dalam keseluruhan kenerja pendidikanyang mencakup aspek-aspek kebijakan, manajerial, operasional, penelitian dan pengembangan, dan penunjang dari tingkatan macro, messo, dan micro. Pendidikan guru yang bercorak islami akan menghasilkan sosok guru yang dilandasi secara kokoh oleh kepribadian akhlak mulia sehingga mampu berkenerja sebagai pendidik paripurna. pada gilirannya akan terwujud proses pendidikan yang paripurna dan menghasilkan keluaran paripurna pula.
Dengan landasan pendidikan islam, maka pendidikan guru akan lebih terjamin perwujudtannya secara lebih kokoh dengan kebudayan sosial yang islami. Pendidikan guru dalam islam bertujuan untuk mengembangkan kualitas kepribadian yang utuh, dan hal-hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan islam yaitu pembentukan pribadi muslim yang paripurna dan berakhlak mulia. Prof. Muhammad athiyah Al Abrosy (dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah) ada lima yang tergantung dalam tujuan asas pendidikan islam yaitu: (1) untuk membantu pembentukan akhlak mulia, (2) persiapan untuk dunia dan akhirat (3) menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui dan mengkaji ilmu pengetahuan, (4) menyiapkan peserta didik dari segi professional dan teknis untuk mengembangkan ketrampilan hidup, (5) persipan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.[62]
Pendidikan guru begitu sangat berperan penting dalam menuju sebuah proses pendidikan yang baik dan menuju guru professional. Karena guru adalah penunjang bagi peserta didik dalam segala hal terutama dalam hal proses pendidikan/proses pembelajaran. Dan dari situ juga guru tersebut akan belajar dan tau akan posisinya sebagai seorang guru.
Dalam pendidikan islam, ternyata dari segi unsur-unsur pokok yang terdapat didalam  ruang lingkupnya, juga tidak beda jauh apabila dibandingkan dengan pendidikan guru (Oemar Hamalik)., hanya saja pendidikan guru (Oemar Hamalik) itu bersifat umum, dan pendidikan guru perspektif pendidikan islam itu tertuju dan didasari dengan  berdasarkan agama atau berbasis agamais. Dari hasil penelitian penulis, ruang lingkup pendidikan islam yang terdapat didalamnya adalah: metode-metodenya. kurikulum-kurikulumnya, dan juga evaluasi-evaluasinya. Dan sedangkan dalam adapun dalam pendidikan guru, ruang lingkupya juga sama, hanya saja ada beberapa yang tidak ada dalam ruang lingkup pendidikan guru (Oemar Hamalik) adapun kesamaan antara pendidikan guru (Oemar Hamalik) dengan pendidikan guru perspektif pendidikan islam dari segi rusng lingkup antara lain adalah: metode-metodenya, kurikulum-kurikulumnya, evaluasi-evaluasinya.






















 DAFTAR REFERENSI


[1] prof. Dr. H. oemar hamalik .(pendidikan guru berdasarkan pendekatan kopetensi) Jakarta PT Bumi Aksara Jl. Sawo Raya No. 18. 2008 hlm: cvr
[2]Oemar Hamalik, ibid, Halaman  V
[3] Mentri pendiikan  nasional .Undang-undang guru dan dosen celeban timurUH III/548 yogyakarta 55168. Pustka belajar tahun 2007. Halaman 3
[4] Oemar Hamalik ,Op.Cit, hlm: 7
[5] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 9
[6] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 10
[7] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 10
[8] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 10
[9] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 11
[10] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 11
[11] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 11
[12] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 11
[13] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 11
[14] Oemar Hamalik ,Ibid, hlm: 103
[15] prof. Dr. H. oemar hamalik  ,Ibid. hlm 103
[16] Frof. Dr. H. Oemar Hamalik  Ibid. Halaman: 104
[17] Frpf. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 107
[18]  Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 108
[19]  Frof. Dr. H.Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 109
[20]  Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 109
[21] Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 110
[22]  Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 110
[23]  Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 111
[24]  Frof. Dr. H.Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 112
[25] Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaaman: 113
[26] Frof. Dr. H.Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 113
[27] Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 114
[28]  Frof. Dr. H.Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 121
[29] Frof. Dr. H.Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 122-130
[30] Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani Ilmu Pendidikan Islam (CV Pustaka Setia Jl. BKR (lingkar selatan) No: 162 Bandung 2010) Halaman:176
[31] Frof. Dr. H.Oemar Hamalik ,dasar-dasar pengembangan kurikulum, ( PT REMAJA ROSDAKARYA, Jl. Ibu Inggit Garnasih. No, 40, Bandung 2007) Halaman : 03
[32] Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Op, Cit. hlm: 65-85
[33] Nur Uhbiyati ilmu pendidikan islam (IPI) (CV pustaka setia  Bandung 1999) hlm 129
[34] Frof. Dr. H. Oemar Hamalik ,Op.Cit, hlm: 180
[35] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu pendidikan islam, (Jakarta: kencana prenada media, 2006), Halaman:. 27-28
[36] Klasifikasi pengetahuan dalam  islam tersebut disarikan dari Firman Allah SWT.: kami akan memperhatikan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri (anfus), sehingga jelaslah bagi mereka bawa Al-qur’an itu adalah benar. Dan apakah tuhanmu tidak cukup(bagi kamu) bahwa sesungguhnya dia menyaksikan segala sesuatu.”
(QS. Fushshilat : 53)  
[37] Hasan Langgulung, asas-asas pendidikan islam, (Jakarta: al-Husna, 1988),
Halaman.:  6-7
[38] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir.Op, Cit,  Halaman .: 44
[39] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, hlm 45
[40] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, hlm 45
[41] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, Halaman : 46
[42] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, Halaman : 46
[43] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, Halaman : 46
[44] Abdul Mujib, kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2006), Halaman :. 124-125.
[45] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. Of. Cit, Halaman :. 47-49
[46] Omar Muhammad Al-Taumy Al-Asyabani, falsafah pendidikan islam, , (Jakarta, Bulan Bintang, 1979).Halaman : 399.
[47] Nur Uhbiyati ,Of.Cit, Halaman. : 129

[48] Nur Uhbiyati, ilmu pendidikan islam , ibid,  Halaman : 9
[49] Ahmad Tantowi pendidikan islam diera  globalisasi transformasi global, (semarang: pustaka Rizki Putra, 2002), Halaman,: .28
[50] Sudirman, dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1989), Halaman.: 13-14
[51] dan Beni Ahmad Saebani Ilmu Pendidikan Islam (CV Pustaka Setia Jl. BKR (lingkar selatan) No: 162 Bandung 2010) Halaman : 182
[52] Oemar Hamalik, pengajaran unit, (Bandung: Alumni, 1982), Halaman: .106
[53] Zuhairini,dkk., metodik khasus pendidikan agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), Halaman : .139
[54] Oemar Hamalik, Op.cit., Halaman.:  106-107
[55] Abdul Mujib. Op,cit,  Halaman.: 216
[56] Abdul Mujib. Ibid,  Halaman.:  216
[57] E. Mulyasa menjadi guru professional (menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan ) (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm – caver
[58] Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jl. Jend. Sudirman Kav 36-A, Blok-B No. 5 Jakarta 2005), hlm 46
[59] Oemar Hamalik .perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem  (Jakarta PT Bumi Aksara Jl. Sawo Raya No. 18. 2008) Halaman: V
[60] Ibid, Halaman 32
[61] Oemar Hamalik, pengembangan kurikulum pendidikan (Tarsito, Bandung 2005) hlm 21
[62] Muhammad Surya percikan perjuangan guru (menuju guru professional, sejatera, dan terlindungi) (Bandung Pustaka bani Quraisy Jl. Sukanegara No. 7 Antapani bandung 2006) hlm 211
»»  baca selengkapnya...