PENDIDIKAN
GURU
A. Sekilas tentang
pendidikan guru
Pengembangan sumber daya manusia merupakan demensi
penting dalam proses pembanguna nasional yang
saling berkaitan dengan pembangunan dimensi ekonomi. Oleh sebab itu,
pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian secara
sungguh-sungguh berdasarkan perencanaan secara sistematik dan rinci yang mngacu
ke masa depan. [1]
Pendidikan guru adalah sebuah proses untuk
menciptakan guru yang profesional dalam sebuah pendidikan, agar pendidikan
tidak mengalami kemundaran dan kehancuran. Maka disinilah calon guru
dipersiapkan dengan sungguh-sungguh
sebelum terjun kedunia pendidikan.
Sistem pendidikan guru sebagai suatu subsistem
pendidikan nasional merupakan factor kunci dan memiliki peran yang sangat
strategis. Pada hakikatnya, peyenggaraan dan keberhasilan proses pendidikan
pada semua jenjang dan semua satuan pendidikan ditentukan oleh foktor guru, di
samping perlunya unsur-unsur penunjang lainnya. Kualitas kemampuan guru yang
rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan derajat
kemampun guru sejak mula disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru, baik
secara berjenjang maupun secara keseluruhan.
Derajat kulitas pendidikan guru ditentukan oleh
tingkat kualitas semua komponen yang masing-masing memberikan kontribusi
terhadap sistem pendidikan guru secara keseluruhan. Komponen-komponen tersebut
adalah : siswa calon guru, pendidik, pembibimng calon guru, kurikulum, stategi
pembelajaran, media instruksional, sarana dan prasarana, waktu dan ketersadiaan
dana, serta masyarakat dan sosial budaya. Semua memberikan pengaruh dan warna
terhadap proses pendidikan guru dalam upaya pencapaia tujuan pendidikan sistem
pendidikan guru, yang hasil atau lulusnya dapat diketahui melalui komponen
evaluasi secara menyeluruh dan kesinambungan.[2]
Pendidikan guru disini bermaksud untuk menciptakan
guru atau tenaga pengajar tau akan tugas-tugasnya. Dan disini juga akan
membentuk guru yang prefesional, disiplin, tanggung jawab, dan bisa
mengarahkan, melatih, membimbing siswa menuju kejalan yang benar. Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak pada usia dini jalur pendidikan pormal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.[3]
1. Kosep sistem
pendidikan guru
Sistem
adalah suatu totalitas yang meliputi berbagai komponen yang saling
berinterelasi dan berinterelasi secara keseluruhan, baik secara structural
maupun secara fungsional. Dalam rangka mengonsep sistem pendidikan guru,
digunakan pendekataan sistem (system
approach)[4]
2. Beberapa
Komponen sistem dalam Pendidikan Guru :
a. Lulusan
Para lulusan adalah
produksi sistem pendidikan guru. Kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, dan harapan masyarakat, yaitu guru
yang baik, baik ditinjau dari proyeksi nasional( pancasila dan UUD 1945),
proyeksi pembangunan nasional sebagai manusia pembangunan, dan dari segi
criteria professional.[5]
b. Calon
siswa/mahasiswa (input)
Para calon
siswa/mahasiswa adalah masukan dalam bentuk material mentah dalam proses
pendidikan guru. Karena ledakan para calon besar, menyebabkan besarnya arus
siswa berbagai jenjang pendidikan. Semua hal tersebut menjadi tanggung jawab
sistem pendidikan guru untuk memprosesnya.[6]
c. Proses
pendidikan guru
Proses ini berlangsung
dalam kelas. Dalam kegiatan ekstrakulikuler, dan pada kehidupan luar kelas.
Lawrance Douney menyatakan bahwa proses pendidikan mengunadang 3 dimensi.
1.
Dimensi subtantif mengenai bahan apa
yang akan dikerjakan.
2. Dimensi tingkah laku
guru tentang bagaimana guru mengajar jadi, bertalian dengan kemampun guru dan
metode mengajar.
3. Dimensi lingkungan fisik, sarana, dan
prasarana penidikan.[7]
d. Manusia
Komponen ini terdiri
dari unsur guru dan unsur staf personel.
Input
Intruksional
|
|
|
|
Input Eksternal
Gambar
1.1 Sistem pendidikan guru sebagai keseluruhan.
Guru memegang perenana
sangat penting dalam proses pendidikan guru. Karena itu herus memiliki
kulifikasi professional sehingga mampu mengemban tugas dan peranannya.
Dinyatakan oleh William Taylor bahwa pada masa mendatang peranan guru mangkin
bertambah luas. Guru merupakan agen
koknitif, guru sebagai agen moral dan politik, guru selaku innovator, guru
berperan sebagai kooperatif, guru sebagai agen persamaan sosial dan pendidikan.
Selain itu, para staf personal bertugas menunjang proses pendidikan dengan
memberikanpelayanan tekhnik dan administrative.[8]
e. Metode
komponen ini menganung usur
substantif atau program kurikuler, metode penyajian bahan, dan media
pendidikan. Tiap jenjang pendidikan guru memiliki programnya sendiri, sesuai dengan
tujuan institusionalnya, yang membutuhkan metode penyampaian dan media
pendidikan yang tepat guna, demi tercapainya mutu lulusan yang baik.[9]
f. Materi
Komponen ini mengandug fasilitas,
serana dan prasarana pendidikan. Bila komponen ini telah tersedia secara
memadai, maka akan memperlancar proses pendidikan dan akan memberikan mutu
lulusan yang baik.[10]
g. Evaluasi
Komponen ini berfungsi
menilai sejauh mana keberhasilahan proses pendidikan guru, memeriksa mutu
lulusan, dan menyediakan informasi yang berguna untuk memperbaiki sistem
pendidikan guru pada masa yang akan mendatang.
h. Umpan balik
Bila dari subsistem
evaluasi ternyata terdapat berbagai kelemahan dalam sistem pendidikan guru,
maka perlu ditinjau kembali dan doreorganisasi agar lebih mantap. Karena itu,
komponen umpan balik sangat diperlukan dan perkembangan pengolaan sistem
informasi. [11]
i.
Masyarakat
Komponen ini merupakan
input eksternal sosial budaya. karena pendidikan adalah bagian integral dari
kebudayaan maka sistem pendidikan guru. Yang menjadi bagian dari kebudayaan
itu, berpungsi sebagai pengawet dan sekaligus pencifta dan
kebudayaan.masyarakat dana sistem pendidikan guru saling mempengaruhi satu sama
lain. Karena itu diperlukan tanggun jawab dan kerja sama secara efektif antara
kedua pihak tersebut bersama pemerintah.[12]
Komponen-komponen
tersebut saling berhubungan, saling ketergantungan, dan saling menerobos, baik
antar komponennya maupun antar komponen-komponen dengan keseluruhan sistem
pendidikan guru untuk menjapai tujuan pendidikan guru. perubahan pada satu
komponen akan mempengaruhi komponen lainya dan sistem secara keseruhan.
Konteks
masyarakat dan sosial budaya memiliki makna yang strategis dalam sistem
pendidikan guru merupakan cermin dapat menimbulkan perubahan pada masyarakat
dan budaya, pendidikan guru seharusnya menjadi
agen perubahan yang melakukan transformasi terhadap masyarakat. Komponen
ini pula menjadi factor ominan penyebab perbedaan pada sistem pendidikan guru
pada baerbagai Negara dan bangsa.[13]
B. Program
Pendidikan Guru
Isi
pendidikan guru sesungguhnya berakar sejak masa lampau, yakni sejak munculnya
pendidikan calon guru. Apa yang perlu diketahui oleh guru pada dasarnya
bersumber dari kebudayaan, tingkat perkembangan, inteligensi, dan sensitivitas
para pendidik guru itu.[14]
Isi
pendidikan guru dan hal-hal yang perlu diketahui oleh guru berdasarkan
asumsi-asumsi sebagai berkut.
a.
Pengetahuan,
keterampilan, dan moral yang ada dalam kebudayaan harus diajarkan secara
sistematik. Asumsi ini menuju kepada konsep-konsep motivasi dan pengajaran.
b.
Pertumbuhan
alami yang berkembang secara bebas tak dapat dipisahkan dari bakat individu.
Asumsi ini bekenaan dengan konsep, bahwa guru perlu bekerja hanya pada suasana,
material, dan kondisi yang relevan dengan indiviu yang bersangkutan.[15]
Kedua kenderungan tersebut sering
dipertentangkan, namun pada akhirnya perlu
dipadukan, sebab antara kebudayaan dan bakat individu saling
mempengaruhi. Di Amerika, isi program pendidikan guru memiliki sejarah sendiri,
berkat pengaruh masyarakat dan kebudayaan yang berkembang dinegri tersebut. Di
Indonesia kurikulum pendidikan guru memiliki isi yang berbeda.
Sejak zaman kolonial sampai sekarang,
isi kurikulum pendidikan guru terus berkembang, mengalami perubahan, dan
perbaikan karena pengaruh pandangan hidup, kondisi-kondisi social, ekonomi, dan
politik, yang ada pada dalam masyarakat pada zamannya.
Perkembangan isi program pendidikan guru
berlangsung berurutan, mulai dari ketrampilan menuju ke moralita. Kemuian
dibidang-bidang studi. Setiap guru perlu memiliki isi yang diajarkan, tetapi
apa yang diajarkan itu belum tentu sesuai dangan siswa.
Pandangan J.J. Rousseau, bahwa
perkembangan anak berjalan sesuai dengan alami, juga berpengaruh terhadap isi
pendidikan guru. Guru harus mengetahui hal-hal yang terbaik tentang hal-hal
yang dipelajari siswa . program pendidikan guru harus mengandung aspek-aspek
moralitas. Guru bertugas mengajarkan norma-norma yang ditentukan oleh tuhan.
Penekatan ini dikenal dengan istilah The
God’s Work Approach. [16]
Beberapa
Komponen Tentang Pengetahuan Guru.
Berbjak dari pendapat Heberman, apat
kita lihat bahwa pengetahuan guru paling tidak mengandung 12 komponen yang
mengambarkan seorang guru yang baik, yatu:
1.
Keterampilan
2.
Etika
3.
Disiplin ilmiah
4.
Konsep-konsep
dasar
5.
Pelajar/siswa
6.
Suasana sosial
7.
Belajar
8.
Peagogik atau
metodologi pengajaran
9.
Proses
10.
Teknologi
11.
Pengembangan diri (self)
12.
Perubahan dan inovasi
1. Keterampilan
Guru-guru adalah orang-orang yang mampu
melakukan keterampilan-keterampilan tertentu (selected skills). Keterampilan-keterampilan itu diperoleh melalui
latihan-latihan keguruan. Pendekatan ini disebut technical approach. Pendekatan teknis terdiri dari pendekataan
micro teaching dan pendekataan tujuan tngkah laku (behavioral objectives approach) yang satu sama lain berbeda
tekananya.[17]
Keterampiilan-keterampilan sangat perlu
dipelajari oleh guru agar dia mampu melakukan fungsi pengajaran.Pendekatan
tujuan tingkah laku (behavioral objectives), guru belajar untuk
menspesifikasikan tingkah laku siswa, tingkah laku terminal,dan criteria untuk
menentukan prestasi tingkah laku siswa. Guru yang “baik” dapat merumuskan
tujuan-tujuannya,yakni apa yang mereka harapkan terhadap para
siswanya,kegiatan-kegiatan apa yang akan dilatihkan,dan pada tingkat mana suatu
perilaku dapat diterima.Jika kedua pendekatan tersebut kita bandingkan, maka
jelas terdapat perbedeaan yang cukup menonjol. Isi pendekatan tujuan tingkah
laku kurang terperinci,akan tetapi lebih mudah melaksanakannya. Micro teaching
menjadi tingkah laku guru sebagai focus latihan,sedangkan pada pendekatan
tujuan tingkah laku kemampuan guru menspesifikan tingkah laku belajar siswa sebagai pusat latihan.
2. Etika
Setiap
program pendidikan guru. Bertujuan agar lulusannya mampu melaksanakan
pendidikan terhadap anak didik sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Karena
itu sejak awal ke-19, calon guru dilatih dalam pekerjaan etika agar mereka
mampu mendidik anak supaya menjadi manusia yang baik sesuai dengan harkatnya.
Para guru disiapkan agar mampu ikut aktif bekerja sama secara demokratis dalam
kehidupan kelompok dan dalam proyek-proyek kerja sama lainnya. Anak-anak sering
kali dipandang sebagai manifestasi etika komunal,persaingan tentu saja tak
diperkenankan.isi pendidikan guru mengandung norma-norma etika kerja sama,
untukitu dikembangkan programkegiatan, unit kelas, dan masalah-masalah
kehidupan.[18]
3. Disiplin ilmiah
Pada umumnya program pendidikan guru
meliputi 3 disiplin ilmiah, yakni pendidikan umum (general education), pendidikan profesiaonal (professional studies), pendidikan spesialis (mayoring).[19]
Pendidikan umum dan pendidikan
spesialisaai menasari studi professional. Pendidikan umum terdiri dari semua
pelajaran dan pengalaman yang bersifat dasar (introductory) yang ditujukan kepada pengembangan “manusia terdidik” secara luas, yang
meliputi ilmu alam ,ilmu social, estetika,dan humanitas. ilmu-ilmu ini
dimaksudkan sebagai usaha memberi calon guru konsep-konsep umum yang luas
didalam denah pengetahuan tentang manusia dan untuk membantu mereka memilih
spesialisasi klak. Ketiga jenis pendidikan tersebut, tentu saja harus disusun
dalam suatu organisasi yang seimbang (lihat organism komponen). Selain dari itu
para ahli menganjurkan agar pendidikan umum dan pendidikan spesialis bersifat
terbuka yang memberikan kebebasan bagi para siswa untuk melakukan pilihan.
Dengan demikian diharapkan terjaminnya efektivitas proses pendidikan dan
mendorong kegiatan belajar para siswa.
4. Konsep-konsep
dasar
Perbedaan
ilmu pengetahuan berkat penemuan-penemuan baru menyebabkan ilmu pengetahuan
berkembang sangat pesat, semakin meluas dan menimbulkan cabang-cabang ilmu
baru. Sesuatu ilmu yang pada masa abad lampau masih disebut cabang, kini
berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, punya objek dan
metodde serta sismatika sendiri.[20]
Ilmu
pengetahuan memuat banyak informasi dan data tentang fakta-fakta dalam
kehidupan. Para ahli merasakan
fakta-fakta yang luas itu tak mungkin diingat semua oleh anak-anak disekolah.
Yang penting untuk perlu ikuasai dan dapat dilaksanakan ialah esensi pokok dan
profesionalisasi ilmu tersebut.
Melalui
analisis yang kritis, maka ditarik konsep-konsep dasar yang paling esensial
yang termuat dalam setiap ilmu pengetahuan. Dengan demikian, mudah ditentukan
mana yang dapat dikuasai sekaligus dan mana yang harus diperoleh melalui self discovery. Contoh, konsep dasar
ekonomi,produksi,distribisi, dan konsumsi dalam psikologi dan stimulus respons.
Semua konsep ilmu pengetahuan dijadikan komponen-komponen program pendidikan
guru.
5. Pelajar / Siswa
Komponen dasar dari semua program
pendidikan guru merupakan perkembangan siswa sejak tingkat prakanak-kanak,masa
kanak-kanak, dan adolesens masa (remaja). Asumsi yang mendasari komponen itu
ialah, bahwa hakikat perkembangan anak atau pemuda harus menjadi suatu variabel
dalam menentukan bagaimana guru akan berinteraksi dengan mereka yang meliputi
dimensi fisiologis dan kepribadian. Lulusan program pendiikan guru diharapkan
dapat menentukan secara umum perkembangan jasmaniah,emosional dan social pada
kelompok-kelompok manusia yang akan mereka ajar. Situasi sekolah menuntut
kematangan jasmani pada siswa, misalnya mampu menderita kelelahan karena
lamanya duduk.[21]
Progam yang “lebih baik” adalah program
yang berusaha memadukan (mengintegrasikan) studi tentang siswa dan kerja
lapangan yang dilukiskan prinsip-prinsip perkembangan. Pada gilirannya harus
pula truksional dengan dipertimbangkan perpaduan antara metode atau strategi
instruksional dengan kebutuhan dan pradisposisi para siswa.
6. Suasana
Sosial
Komponen suasana sosial berkenaan dengan
nilai dan kultur dari bermacam-macam
kelompok masyarakat dimana guru akan bekerja kelak. Komponen ini perlu
dipelajari oleh setiap calon guru dalam program pendidikan guru. Tujuannya
ialah untuk memberikan pengetahuan tentang latar belakang sosial dan hal-hal
yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak. Dengan demikian calon guru akan
mampu membimbing para siswa yang relevan dengan latar belakang sosial
masyarakat sekitarnya dan melakukan prediksi serta perspektif terhadap kondisi sosialdan
nilai-nilai masa mendatang untuk mana anak-anak sedang dipersiapkan.[22]
Dalam sejarah ini, maka dalam semua
program pendidikan guru dipelajari, misalnya sejarah, filsafat penikan, sosiologi,
antropologi, dan ilmu sosial dasar. Bahkan ada beberapa program yang memberikan
pengalaman-pengalaman langsung di masyarakat, misalnya melalui KKN atau off campus teaching agar para calon guru memperoleh gambaran-gambaran yang
kongkrit tentang kehidupan masyarakat.
7. Belajar
Calon
guru perlu diberi petunjuk secara mendasar tentang bagaimana anak belajar
sebagai persiapan untuk menjadi guru yang efektif dan mampu memberikan
kesempatan kepada anak-anak agar mereka berkembang sesuai dengan cara yang
unik.
Dalam
psikologi pendidikan kita kenal tokoh-tokoh terkenal dalam teori belajar,
seperti: skinner, piaget, rogers, maslaw, brunner, dan gueford. Teori-teori
belajar yang mereka kembangkan sering bertentangan dan sering tidak sejalan.
Masing-masing menurut pendekataan sendiri.
Dalam
kerangka inilah komponen belajar perlu mendapat tempat semestinya dalam program
penidikan guru, dengan memberikan studi yang meluas dan mendalam, bidang studi
psikologi pendidikan dan psikologi belajar.[23]
8. Pedagogik atau
metodologi pengajaran
Setiap
program pndidikan guru berisikan studi tentang metode pengajaran. Metode
pengajaran terdiri dari metode-metode umum (general
method) dan metodik khusus untuk setiap mata pelajaran atau bidang-bidang
studi, seperti: IPA, MAT, dan IPS. Tiap-tiap metodik khusus berbeda satu sama lain,
masing-masing mempunyai pedagogic sendiri. Dalam metode khusus terpadu bidang
studi dan ilmu keguruan, termasuk didalamnya metode umum dan prinsip-prinsip
mengajar. Metodologi pengajaran harus dipelajari dalam bentuk teori dan
praktek.
9. Proses
Pengajaran
harus ditentukan secara teliti dan berhati-hati dan guru harus ahli (exprert) dalam mengategorisasikan
tingkah laku instruksional komponen “proses”
merupakan tambahan baru yang lebih spesifik dalam pendidikan guru. Komponen
proses terutama menekankan pada proses interiksi guru-siswa dalam perjumpaan
atau dinamika interpersonal. Karena itu, guru harus dipersiapkan agar dapat
mengawasi dirinya lopment melalui
studi tentang proses belajar mengajar (PBM) bentuk-bentuk tingkah laku micro teaching , sebagai berikut : bertanya, merencanakan, pembuatan tugas,
mengevaluasi siswa, metode idividualisasi, pendidikan yang epektif, dan
klasifikasi nilai.
Melalui
proses belajar mengajar tersebut diharapkan siswa belajar lebih aktif dan lebih
berhasil, sekalipun jaminannya kepastian untuk mesih perlu diragukan.
Berdasarkan pertimbangan itulah komponen “proses” juga dipelajari dalam setiap
program pendidikan guru.[24]
10. Teknologi
Setiap
program meliputi pekerjaan dalam bidang material,media, dan teknologi.para
siswa calon gurun seharusnya diajar tentang cara penggunaan alat,media, dan
teknologi yang ada,seperti proyektor, video tape, radio, rekaman,TV, microfilm,
bahkan kalau ada komputer.
Akan
tetapi, belum banyak sekolah guru yang telah memiliki alat-alat
tersebut,sehingga pendidikan hanya dilakukan dengan ceramah saja, dan kalau ada
biaya dengan karyawisata. Karena itu banyak calon guru kurang dipersiapkan
menggunakan alat media. Mereka dilatih di sekolah-sekolah yang juga kurang
memiliki alat media yang diperlukan, atau yang tidak punya motivasi dan
keterampilan membuat sendiri alat meia dengan bahan-bahan sederhana.[25]
Dewasa
ini teknologi pendidikan sudah demikian majunya sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan,dan kemajuan ini sangat berpengaruh terhadap program
pendidikan guru. Karena itu para administrator hendaknya berusaha secara
maksimal agar program pendiikan guru dilengkapi secara cermat dengan alat,
media, dan teknologi yang memadai. Di samping berusaha untuk mempertinggi
pengetahuan para pendidik calon guru , juga meningkatkan pemahaman dan
kesadaran terhadap pentingnya guru , jangan sampai alat perlengkapan yang telah
disiapkan oleh pemerintah isimpan rapi dalam lemari tanpa dimanfaatkan dalam
rangka mempersiapkan siswa calon guru.
11. Pengembangan
Diri
Setiap program pendidikan guru
seharusnya juga melakukan usaha-usaha untuk mengembangkan diri (self) siswa ppendidikan guru. Sub
program pendidikan guru ini penting, oleh sebab sangat erat pertaliannya
daengan pembinaan mental, kepribadian, dan sikap mereka, yang pada gilirannya
berpengaruh terhadap prestasi belajar.[26]
Setiap
calon guru seharusnya memiliki self understanding yang baik, kepribadian yang
terintegrasi dan keseimbangan antara fisis dan psikis. Calon guru yang
prustasi, neorotik,bertanggung jawab atau memiliki kelemahan-kelemahan
kepribadian lainny sulit diharapkan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan
berhasil. Bahkan dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan para
siswanya.
12. Perubahan dan
Inovasi
Pemerataan kesempatan belajar mendorong
kearah perubahan dan inovasi dalam sistem persekolahan dan program pendidikan
guru. Pesatnya pertumbuhan penduduk bersamaan dengan meningkatnya ilmu
pengatahuan dan teknologi menyebabkan perlunya inovasi dalam strategi
instruksional. Sekolah harus melayani berbagai struktur kemasyarakat dan
berupaya demi keberhasilan program-programnya, maka sistem dan strategi
pendidikan harus berusaha menigkatkan relevansi pendidikan. Masalah-masalah
tersebut besar pengaruhnya terhadap isi program pendidikan guru guna memenuhi
tuntutan dan kebutuhan semakin berkembang.
Sehubungan
dengan perubahan tersebut, program pendidikan guru perlu terbuka terhadap
perubahan-perubahan dan berbagai upaya inovasi. . Perubahan itu, antara lain
dilaksanakan pada struktur instruksional dalam bentuk penggunaan metode-metode
yang lebih efektif. Perubahan dalam strategi persekolahan dalam bentuk
penyusunan program pendidikan luar sekolah dan perubahan dalam bentuk
penggunaan sumber-sumber bacaan yang relevan. Dengan demikian komponen
perubahan harus menjadi pertimbanagan dan mendasari program pendidikan guru.[27]
C. Stategi
Instruksional Dalam Proses Pendidikan Guru
Strategi
instrusional adalah metode dalam
prosedur yang perlu ditempuh oleh guru dan siswa dalam mengembangkan
proses belajar. Perlu kita tekankan, bahwa penguasa strategi instruksional oleh
guru professional bukan hanya terletak pada segi kognitif, tetapi juga dalam
segi eterampilan psiomoteris. Seorang guru dinilai telah menguasai strategi
instruksional jika ia telah memiliki kopetensi dalam strategi bersangkutan,
yang dapat diamati berdasarkan demonstrasi dalam suasana pengajaran di kelas
secara aktual.[28]
Beberapa
strategi yang menyangkut dengan srategi insruksional.
1.
Paket kegiatan
blajar
Paket kegiatan blajar (performance based
learning activitypackages)adalah suatu srategi insruktional yang berdasarkan
konsep perilaku (performace atau koperency) sbagaai realisasi dari atas
accountability dalam belajar. Plajaran yang berasarkan perilaku ini memang
masihsering dipertanyakan, sehinggaperumusan istilah tersebut masihh belum ada
kesepakatan di kalangan para ahli penidikan. Namun demikian,kita perlu
mengikuti paling sedikt mencoba menerapkan salah satu perumusan yang dijadikan sbagai
titik tolak.
2.
Pendekatan
laboratorium
Pendekatan
laboratorium dalam pengajaran dilatarbelakangi oleh filsafat pendidikan
Pestalozzi (146-1824) yang mengemukakan, bahwa pendidikan harus berlangsung
dengan cara berbuat(doing) sbagai pengganti kata-kata. Metode blajar harus
bersifat analitis, objek-objek nyata,dan prakrakarsa(ide-ide) harus mendahului
simbol-simbol dan kata-kata.filsafat
pendidikan pesyalozzi banyak di pengaruhi oleh teori sosial J.J.
rousseau dalam bukunya emile. Dalam hal ini, Pestalozzi di panang pandang telah
mengadakan revolusi dalam metode dan mata pelajaran terutama pada tingkat
pendidikan sekolah dasar,bahkan dapat pula di pandang sebagai bapak pendidikan
modem. Misalnya dikemukakan ”jika kita mengajar geografi seharusnya bawalah anak-anak
berjalan-jalan agar mereka lebih menyadari lingkunggannya ” ia yakin, bahwa
sesuatu yang absrak dapat di pahami apabila telah menguasai ide-ide yang
konket.
Di amerika, pandangan
pastalozzi telah berkembang engan pesat dan di terapkan dalam pendidikan pada
berbagai bidang. Para guru melaksanakan ide-ide Pestalozzi yang di sebut
”metode laboratori” dalam melaksanakan metode ini, guru melaksanakan:
1.
Memperkenalkan
beberapa bentuk realita ke dalam pelajaran, misalnya petunjukan (exhibit,
model, produk, dan sebagainya).
2.
Merencanakan
secara reliti serangkaian pengajaran lansug yang sama dengan manual laboratori
bagi kegiatan-kegiatan siswa guna memecahkan masalah di bawah bimbingan guru.[29]
4.
Kurikulum Pendidikan Guru
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni
curriculum yang artinya a running course atau race course,especially a chariot race
course. juga diambil dari bahasa prancis, yakni courier yang artinya
adalah berlari ( to run). Kemudian, istilah itu digunakan untuk sejumlah
courses atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau
ijazah.[30]
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya kurikulum adalah
dilihat dari arti lama yaitu sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
siswa/murid untuk memperoleh ijazah. [31]
Beberapa hal yang terkait dengan kurikulum
pendidikan guru.
1. Pengaruh-Pengaruh Terhadap Struktur Dan Isi kurikulum
Pendidikan
Dewasa ini Negara-negara maju seperti Amerika
tertarik mempelajari masalah struktur dan isi pendidikan guru. berbagai
pendapat dari berbagai pihak, seperti media masa, para pengawas dan kepala
sekolah, para guru, bahkan dari kalangan perguruan tinggi memberi banyak
masukan pada perubahan pola pendidikan guru. kemudian telah diambil banyak
keputusan tentang hal tersebut.
Pembuatan
keputusan kurikulum pendidikan guru bukan berdasarkan tradisi, adat kebiasaan,
dan intuasi, melainkan seharusnya menggunaka atribut-atribut artikel, yakni
akal, refleksi, logika, dan metode inteligensi.
Selanjutnya tentang kriteria disini Denemark
mengemukankan bahwa criteria yang disarankan tidak perlu diikuti secara persis,
tetapi hanya sebagai kerangka untuk membuat keputusan kurikulum pendidikan
guru. hal itu didasarkan atas pertimbangan, karena setiap lembaga memilikiciri
dan caranya sendiri-sendiri yang sudah tentu akan turut mewarnai
keputusan-keputusan yang dibuat.
2. Beberapa Asumsi yang Implisit dalam Kriteria
Kreteria yang
disarankan dalam tulisan ini berdasarkan pada asumsi sebagai berikut.
a.
Kesepakatan tentang penggunaan metode rasional dalam perencanaan
kurikulum.
b.
Percaya bahwa struktur dan fleksibilitas adalah unsur-unsur yang saling
barekaitan satu sama lain dalam program pendidikan guru.
c.
Kesepakatan pada suatu konsepsi tentang pendidikan sebagai suatu proses
yang bertujuan untuk merealisasikan seyiap potensi yang dimiliki setiap
individu.
d.
Pengajaran adala suatu proses yang sangat penting dan kompleks yang
menurut standar yang tepat terhadap prilaku guru pada tiap jenjang pendidikan.
f.
Pengajaran memperhatikan perbedaan prosedur dan tekhnik untuk tingkat
umur yang berbeda, yang menetik beratkan pada kualitas dan relevansi sepangkat
kreteria yang ditujukan kepada instruksional.
g.
Kesepakatan terhadap pentingnya pendidikan umum dan spesialisasi terhadap
pendidikan professional dalam rangka mempersiapkan para guru.
h.
Komitmen terhadap pentingnya ikatan sistemik antara pre-servise dan
in-servise dalam pendidikan guru.
Beberapa kreteria kurikulum :
1. Perumusan dan penilaian tujuan.
2. Pemilihan dan pembimbingan siswa.
3. Pemilihan isi kurikulum.
Dalam pemilihin isi kurikulum, ada beberapa
kreterianya:
a. Kreteria pemilihan isi kurikulum.
b. Kreteria memilih isi pendidikan umum.
c. Kreteria memilih isi pendidikan spesialis.
d. Kreteria yang berhubungan dengan pendidikan
professional
4. Pemilihan dan penggunaan alat-alat instuksional.
Dalam pemilihan pengunaan alat, disini juga ada
beberapa kreteria:
a. Kreteria yang berhubungan dengan pendidikan tinggi.
b. Kreteria yang berkenaan dengan bimbingan dan penyuluhan sebagai alat instruksional.
c. Kreteria yang berkenaan dengan perubahan
professional
5. Pengorganisasian kurikulum.
6. Penilaian terhadap hasil belajar siswa dan
efektifitas program.
3. Implikasi Terhadap Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Guru
Kreteria-kreteria yang dikemukan diatas
sudah bukan permasalahan baru bagi pembinaan kurikulum pendidikan guru dinegara
kita.
Kurikulum
pendidikan guru bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk
manusia yang ber-pancasila dan manusia pembangunan… dan seterusnya (lihat
GBHN). Tujuan pendidikan yang bersifat umum ini menjadi landasan dalam
menentukan tujuan instrusional (umum dan khusus).tujuan institusional khusus
meliputi pengembangan pengetahuan , keterampilan, nilai, dan sikap.[32]
5.
Evaluasi Pendidikan Guru
Evaluasi
adalah suatu proses yang sangat penting dalam proses pendidikan guru, tetapi
pihak-pihak yang terikat dalam program ini seringkali melalaikan atau tak
menghayati sungguh-sungguh proses evaluasi tersebut. Lembaga pendidikan guru
seharusnya melakukan proses evaluasi yang sesuai dengan fungsi dan kondisi yang
dimilikinya, namun nyatanya masih banyak lembaga yang tak melaksanakannya
secara cermat dan serius.
Evaluasi
adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam
kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana
tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa.[33]
Lembaga
pendidikan guru tipe ini lebih mengutamakan fungsi penyampaian bahan-bahan
program dan kurang dalam proses evaluasinya. Para administrator bertanggung
jawab menggariskan kebijakan yang harus ditempuh oleh lembaga pendidikan guru
dan menyediakan finansial yang diperlukan, tetapi jarang yang melakukan
evaluasi atas pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh lembaga.[34]
Kenyataan-kenyataan
tersebut seyogianya tak perlu terjadi andaikata pihak-pihak bersangkutan telah
menyadari pentingnya program evaluasi, aspek-aspek yang harus dievaluasi, cara
mengevaluasi, siapa yang mengevaluasi, dan hal-hal apa yang harus dikerjakan
berdasarkan hasil-hasil evaluasi yang telah diperoleh. Satu hal yang tidak
boleh dilupakan, bahwa pelaksanaan program evaluasi bukan menjadi monopoli
salah satu pihak, melainkan merupakan tanggung jawab semua pihak.
Pendekatan
evaluasi dapat dikelompokkan menjadi 3 kriteria, yaitu:
1.
Kriteria presage sebagai
kriteria institusional
Kriteria
presage meliputi semua karakteristik
umum yang biasa digunakan untuk memprediksi efektivitas suatu usaha pendidikan.
Misalnya, latar belakang siswa dari kota atau pedesaan dapat digunakan sebagai
masukan untuk menilai belajar siswa, pengalaman kerja guru dan tingkat
pendidikan guru dapat dipergunakan untuk menilai efektivitas guru, dan
sebagainya.
2.
Criteria proses yang sinonim dengan ktreteria prgrom
Kreteria
proses digunakan untuk menilai apa yang terjadi dalam pelaksanaan progrom atas
asumsi, bahwa setiap kegiataan diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Minsalnya, apakah siswa memutuskan sendiri kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukannya, apakah guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut
konseptualisasi tertantu, apakah program pendidikan guru mengajarkan cara
mengajar IPS,IPA dan sebagainya.
3.
Kreteria produk
Kreteria
produk biasanya mendapat perhatian yang menonjol dan menjadi bahan pertimbangan
utama untuk menilai suatu program pendidikan guru. Kriteria ini meliputi nilai
hasil belajar siswa, perilaku guru dalam hubungan dengan nilai siswa, dan
kegiatan-kegiatan guru yang terkait dengan tingkah laku instruksional khusus.
BAB
II
PENDIDIKAN
ISLAM
1. Pengertian
Pendidikan Islam
Pendidikan islam adalah : proses transinternalisasi
pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasaan, dan pengembangan potensinya,
guna menggunakan keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan diakhirat. [35]
Definisi diatas memiliki lima unsur pokok pendidikan
islam, yaitu:
a. Proses
transinternalisasi.
Upaya dalam pendidikan islam dilakukan secara
bertahap , berjenjang, terencana, terstruktur, sistematik, dan terus-menerus
dengan cara transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai islam
pada peserta didik.
b. Pengetahuan dan
nilai islam.
Materi yang diberikan pada peserta didik adalah ilmu
pengetahuan dan nilai islam, yaitu pengetahuan dan nilai yang diturunkan dari
Allah(Ilahiyah) Atau materi yang memiliki criteria epistemologi dan aksiologi
Islam, sehingga outputnya pendidikan memiliki ‘wajah-wajah’ islam setiap
tindak-tunduknya. Pengetahuan dan nilai islam, terdapat tiga objek, yaitu objek
afaqi, yang berkaitan dengan alam fisik (baik langit maupun bumi) ; objek
anfusi, yaitu yang berkaiyan dengan alam psikis (kejiwaan atau batiniah) ; dan
objek haqqi dan qur’ani, yang berkaitan dengan sistem nilai untuk mengarahkan
kehidupan spiritual manusia.[36]
c. Kepada peserta
didik.
Pendidikan diberikan kepada peserta didik sebagai
subjek dan objek pendidikan. Dikatakan karena ia mengembangkan aktulisasi itu.
Dikatakan objek karena ia menjadi sasaran dan transformasi ilmu pengetahuan dan
nilai islam, agar ilmu dan nilai itu tetap lestari dari generasi ke generasi
berikutnya.
d. Melalui upaya
pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, penguasaan dan pengembangan
potensinya.
Tugas pokok pendidikan adalah memberikan pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasaan, dan pengembangan potensi
peserta didik agar terbentuk dan perkembangan daya kreativitas dan
produktivitasnya tampa mengabaikan potensi dasarnya.
e. Guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup didunia dan diakhirat.
Tujuan akhir pendidikan islam adalah terciptanya insan
kamil (manusia sempurna), yaitu manusia yang mampu menyelaraskan dan
memenuhi kebutuhan hajat hidup jangka pendek, seperti pemenuhan kebutuhan
duniawi, tetapi juga memenuhi hajat hidup jangka panjang seperti pemenuhan
seperti pemenuha kebutuhan diakhirat kelak.
2. Dasar-Dasar
Pendidikan Islam
Dasar pendidikan islam merupakan landasan oprasional
yang dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan islam.
Menurut Hasan Langgulung, dasar oprasional pendidikan islam itu terdapat tujuh
macam, yaitu : historis, sosiologis, ekonomi, politik, dan administrasi,
psikologis, dan filosofis.[37]
a. Dasar Historis
Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada
pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam betuk undang-undang maupun
peraturan-peraturan, agar kebajikan yang ditempuh masa kini akan lebih baik.
Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa depan, karena dasar
ini memberi data input tentang kelemahan dan kekurangan kebijakan serta maju
mundurnya prestasi pendidikan yang ditempuh. Firman Allah SWT. Dalam QR.
Al-Hasyr ayat 18: “ dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuat untuk hari esok.” Minsalnya , bangsa arab memiliki kegemaran untuk
bersastra, maka pendidikan satra diarab menjadi penting dalam kurikulum masa
kini, sebab sastra selain menjadi identitas dan potensi akademik bagi bagi
bangsa arab juga sebagai sumber parekat bangsa.[38]
b. Dasar Sosiologis
Dasar sosiologi adalah dasar yang memberikan
kerangka sosio-budaya, yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan.
Dasar ini juga berfungsi juga sebagai tolak ukur dalam prestasi belajar.
Artinya : tinggi rendahnya suatu pendidikan dapat diukur dari tingkat relevansi
output pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.[39]
c. Dasar ekonomi
Dasar ekonomi adalah yang memberikan perspktif
tentang potensi-potensi financial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta
bertanggung jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaan. Oleh karena itu,
pendidikan dianggap sebagai suatu yang luhu, maka sumber-sumber fanensial dalam
menghidupkan pendidikan harus bersih, suci dan tidak bercampur dengan harta
benda yang syubhat. Ekonomi yang kotor akan menjadikan ketidakberkahan
hasil pendidikan.[40]
d. Dasar Politik
dan Administrasi
Dasar politik dan administrasi adalah dasar yang
memberikan bingkai ideologis, baik yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan dan direncanakan bersama. Dasar ini berguna
untuk menetukan kebijakan umum (ammah) dalam rangka mencapai kemaslahatan
bersama, bukan kemaslahatan hanya untuk golongan atau kelompok tertentu.
Sementra dasar administrasi berguna untuk memudahkan pelayan pendidikan, agar
pendidikan dapat berjalan dengan lancer tampa ada gangguan teknis dalam
pelaksanaannya.[41]
e. Dasar Psikologi
Dasar psikologi adalah dasar yang memberikan
informasi tentang bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta
didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain.
Dasar ini membrikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah dilingkungan
pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa terjadi
dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan lembaga pendidikan.[42]
f. Dasar filosofis
Dasar filosofis adalah dasar yang memberikan
kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan
member arah kepada menjadi acuan terpenting dalam pendidikan, sebab filsafat
bagi mereka merupakan induk dari segala dasar pendidikan. Sementara bagi
masyarakat religius, seperti masyarakat muslim, dasar ini sekedar menjadi
bagian dari cara berfikir dibidang pendidikan secara sistematik, redikal, dan
universal yang asas-asasnya diturunkan dari nilai ilahiyah. [43]
g. Dasar Riligius
Dasar riligius adalah dasar yang diturunkan dari
ajaran agama. Dasar ini menjadi penting dalam pendidikan islam, sebab dengan
dasar ini, maka semua kegiatan pendidikan jadi bermakna. Keberadaan agama, yang
diadaptasikan dari Abdul Mujib,[44]
diantara oprasional pendidikan islamyang lain dapat diilustrasikan seperti
gambar dibawah ini.
Dari gambar
disamping, itu menunjukan bahwa agama menjadi sumbu bagi dasar oprasional
pendidikan islam. Gambar tersebut memiliki empat lingkaran: (1). Lingkaran
(yang paling dalam) imaniyah-ilahiyyah, yang intinya berupa rukun iman. (2).
Lingkaran (yang kedua dari dalam) ubudiyyah-ilahiyyah yang intinya
berupa islam. (3). Lingkaran (yang ketiga dari dalam) yang intinya berupa dasar
yang muncul dari ijtihat manusia. (4). Lingkaran (yang keempat dari dalam) mu’amalah-insaniyah
yang intinya berupa aktivitas-aktivitas pendidikan dan pelaksaananya
didasarkan atas dasar-dasar kemanusiaan (seperti: historis, sosiologis,
politik, dan administratif, ekonomi, psikologis, dan filosofis) tampa dikaitkan
dengan dasar agama.[45]
Gambar 1.2 Agama dalam sistem pendidikan islam.
3. Metode
Pendidikan Islam
Metode berasal dari bahasa latin “meta” yang
berarti melalui , dan “hodos” yang berarti jalan atau cara ke.
Dalam bahasa Arab metode disebut “tariqah” yang artinya jalan, cara,
sistem, atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Sedangkan menurut
istilah metode adalah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu
cita-cita.[46]
Metode artinya ilmu tentang jalan atau cara yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[47]
Sedangkan pendidikan islam yaitu bimbingan secara
sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses
pertumbuhan berdasarkan norma-norma islam agar terbentuk kepribadiannya menjadi
kepribadian muslim.[48]
Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan metode
pendidikan islam dengan merujuk pengertian diatas adalah jalan atau cara yang
dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan islam kepada
anak didik agar terwujud kepribadian muslim.
Metode pendidikan islam mempunya peranan penting,
sebab merupakan jembatan yang menghubungkan pendidik dan anak didik menuju
kepada tujuan pendidikan islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Berhasil
atau tidaknya pendidikan islam dipengaruhi oleh factor-faktor yang mendukung
pelaksanaan pendidikan islam, dalam hal ini metode pendidikan islam merupakan
bagian dari factor pendukung tersebut, secara tidak lansung metode pendidikan
islam ikut menentuk keberhasilan pendidikan islam.
Berbicara tentang metode pendidikan Islam, ada
beberapa jenis metode pendidikan Islam yaitu didiantaranya adalah :
1.
Memberikan kebebasan kepada anak didik sesuai dengan kebutuhan.
2.
Mendidik dengan pendekatan perasaan dan akal pikiran.
3.
Mendidik secara informal.
4.
Mendidik secara formal.
5.
Mendidik melalui cerita.
6.
Mendidik melalui kebiasaan.
7.
Menyalurkan kekuatan.
8.
Mendidik melalui pristiwa-pristiwa.
Dieraglobalisasi ini menurut Abdurrahman ma’sud,
seorang guru harus memilih metode yang sesuai dengan nilai-nilai humanize
riligius.[49]
4. Kurukulum
Pendidikan Islam
Setiap kegiatan ilmiah memerlikan suatu perencanaan
dan organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian
pula dalam pendidikan, diperlikan adanya program yang terencana dan menghantar
proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan,
sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “ kurikulum
pendidikan”.
Komponen kurikulum tersebut paling tidak mencakup
tujuan, struktur program, strategi pelaksanaan yang menyangkut sistem penyajian
pelajaran, penilaian hasil belajar, bimbingan-penyuluhan, administrasi, dan
supervise pendidikan.[50]
Dalam isi kurikulum pendidikan islam, Finc dan
Crunkitton menyatakan bahwa ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam
perumusannya, dan untuk menentukan kualifikasi isi kurikulum itu dibutuhkan
juga syarat-syaratny, setelah syarat-syaratnya terpenuh, maka disusunlah isi
kurikulum pendidikan islam. Disini juga
Ibnu Khaldum membagi isi kurikulum pendidikan islam menjadi dua
tingkatan:
1.
Tingkatan pemula (manhaj ibtida’i)
Materi kurikulum pemula dipokuskan pada pembelajaran
Al-Qur’an dan As-Sunah. Ibnu Khadum memandang bahwa Al-Qur’a merupakan asal
agama, sumber beberapa ilmu pengetahuan, dan asas pelaksana pendidikan islam.
Disamping itu, mengingat isi Al-Qur’an mencakup materi penanam akidah dan
keimanan pada jiwa peserta didik, serta memuat akidah mulia, dan pembinaan
pribadi menuju prilaku yang positif.
2. Tingkatan atas (manhaj ‘ali)
Kurikulum tingkat atas ini mempunyai dua kulifikasi,
yaitu : 1. Ilmu-ilmu yang yang berkaitan dengan zatnya sendiri, seperti ilmu
syariah yang mencakup fikih, tafsir, hadis, ilmu kalam, ilmu bumi, ilmu
filsafat. 2. Ilmu-ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain, bukan berkaitan
dengan zatnya sendiri. Minsalnya ilmu bahasa, ilmu matematika, ilmu
mantiq(logika).
Ciri-Ciri Khusus Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan islam memiliki cirri-ciri yang
khusus, yaitu sebagai berikut:
1.
Dalam kurikulum pendidikan islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak
didik untuk brtauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dirunut berasal dari
ajaran islam.
2.
Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang
memiliki kayakinan kepada tuhan.
3.
Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan
berdasarkan / landasan Al-Qur’an dan Al- Sunnah.
4.
Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan akhlak anak
didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan kongkrit.
5.
Pembinaan akhlak danak didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari
tuntutan islam; dan
6.
Tidak ada kedaluwarsa kurikulum karena cirri khas kurikulum islam
senantiasa relevan dengan perkembangan zaman bukan menjadi filter kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya dalam kehidupan masyarakat.[51]
3. Evaluasi
Pendidikan Islam
Evaluasi
adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan
peserta didik untuk tujuan pendidikan.[52]
Evaluasi pendidikan islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan
suatu aktivitas didalam pendidikan islam.[53]
Evaluasi
pendidikan islam itu bertujuan untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran, melatih kebranian dan mengajak peserta didik untuk
mengingat kembali materi yang telah diberikan dan mengetahui tingkat peubahan
tingkah lakunya.
Dan
adapun fungsi dari evaluasi pedidikan islam itu sendiri adalah untuk membantu
peserta didik agar ia dapat mengubah atau mengambangkan tingkah laku secara
sadar,serta member bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila bebuat
sebagaimana mestinya. Disamping itu, fungsi evaluasi juga dapat membantu
seorang pendidik dalam mempertimbangkan metode pembelajaran serta membantu dan
mempertimbangkan administrsinya.[54]
Ada
beberapa prinsip, sistem, dan cara pelaksanaan evaluasi pendidikan islam.
1.
Prinsip :
Ø Prisip
kesinambungan
Ø Prinsip
menyeluruh
Ø Prinsip
objektivitas
2.
Sistem
Sistem
evaluasi disini berdasari dari Al-Qur’an dan Al-hadits yang berimplikasikan
sebagai berikut:
Ø Untuk
menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problem
kehidupan yang dialami (QS. Al-baqarah:155)
Ø Untuk
mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikaan Rosulullah SAW. Kepada umatnya (QS. Al-Nam:40), seperti
pengevalusian Nabi sulaiman terhadap burung Hud-hud (QS. Al-Naml:27)
Ø Untuk
menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang,
seperti pengevaluasian terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang
dicintainya (QS.As-Shaffat: 103-107).
Ø Untuk
mengkur dya kognisi, hapalan manusia dari pelajaran yang telah diberikan
padanya, seperti pengevaluaisian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang
diajarkan Allah kepadanya dihadapan para malaikat (QS. Al- Baqarah: 31).
Ø Memberikan
semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktivitas yang baik, dan
memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk (QS.
Az-Zalzalah:7-8).
3.
Cara
pelaksanaannya
Disini
ada dua cara pelaksanaan evaluasai pendidikan islam
Ø Evaluasi
terhadap diri sendiri
Ø Evaluasi
terhadap orang lain
1.
Evaluasi
terhadap diri sendiri
Evaluasi
terhadap diri sendiri yang sesungguhnya, akan mampu menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya, karena yang mengetahui prilaku individu adalah individu itu
sendiri. Umar bin al-Khattab berkata: “hasibu qabla ‘an tuhasabu” (evaluasilah
dirimu sebelum engkau dievaluasi oleh orang lain).[55]
2.
Evaluasi
kegiatan orang lain
Evaluasi
terhadap prilaku orang lain harus disertai dengan amr ma’ruf dan nahi munkar
(mengajar yang baik dan mencegah yang mungkar) [56]
BAB III
ANALISA
PENDIDIKAN GURU PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
KAJIAN PEMIKIRAN OEMAR HAMALIK
(menciptakan
guru yang professional dalam dunia pendidikan)
A.
Pendidikan Guru perspektif Oemar Hamalik
Pengembangan
sumber daya manusian merupakan dimensi penting dalam pembangun nasional yang
saling berkaitan dengan pembangunan dimensi ekonomi. Oleh sebab itu,
pengembangan sumber daya manusia harus dapat perhatian secara sungguh-sungguh,
berdasarkan perencanaan secara sistematik dan rinci yang mengacu pada masa
depan. Dalam suatu proses, tampa adanya sebuah playning atau perencanaan, maka
kemungkinan besar akan gagal dalam menuju sesuatu yang menjadi impian atau
suatu yang diharapkan.
Guru
adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya.[57]
Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tentunya, yang
diantaranya mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Ketika
seoarng guru dipandang rendah oleh peserta didik (tidak wibawa), maka
pendidikan itu tidak akan berjalan dengan maksimal segaimana semestinya dan
seorang siswa tentunya akan memandang guru tersebut dengan sebelah mata (disepelekan). Dalam dunia pendidikan, guru
sangatlah berperan penting bagi peserta didik.
Guru
adalah fasilitator, sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang meyakinkan, kemudahan dalam proses kegiatan belajar anak didik.[58]
Selain fasilitator, guru juga adalah sebagai pendidik, pengajar, pelatih,
penasehat, pembaharu (Inovator), pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah
kemah, pembawa cerita, sebagai aktor, emansipator, evaluator, kulminator. Maka
dari hal ini, pendidikan guru akan berperan penting dalam hal ini. Disinilah
seorang guru akan dididik bagaimana untuk mempersiap-siapkan apa-apa yang akan
nanti mau diberikan kepada peserta didik (siswa).
Semua
tenaga pengajar (guru) harus memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya,
anatra lain disini seorang guru mendesain tentang hal-hal yang akan dikerjakan.
Maksudnya disini ialah agar pekerjaannya berhasil dengan baik dan memuaskan
sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Dalam
kemampuan membuat desain juga harus dimiliki oleh setiap kepedidikan. Dan
selaku tenaga profesional, guru harus mampu membuaat desain pendidikan atau
desain intruksional karena semua guru menginginkan hasil pendidikannya berhasil
dengan baik dan menjadi acuan atau sudut pandang bagi siswa-siswa yang
berposisi dibawahnya (adek kelasnya). Apalagi dia (guru) bukan berhadapan
dengan benda-benda mati, tetapi “anak manusia” yang sedang tumbuh dan
berkembang. Dipihak lain, seorang guru berkewajiban membawa moral anak-anak
didiknya kearah bangsa yang berlandasan pancasila.[59]
Dalam
sisitem pendidikan guru sebagai suatu subsistem pendidikan nasional merupakan
factor kunci dan memiliki peran yang sangat strategis. Pada hakekatnya,
penyelenggaraan dan keberhasilan prose pendidikan pada semua jenjang dan semua
satuan pendidika ditetukan oleh factor guru. disamping perlunya unsur-unsur
penunjang lainnya yang membangun akan proses ini.
Kualitas
kemampuan guru yang rendah akan berdampak pula pada rendahnya mutu pendidikan.
Guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan
membina anak didik (siswa) baik secara individual maupun kelompok (klasikal),
disekolah maupun diluar sekolah.[60]
Artinya, guru tidak memandang tempat, dimanapun dia berada, seorang guru
tetaplah guru. adapun guru disini, guru tersebut haruslah selalu aktif dalam
membimbing dan membina anak didiknya (siswa).
Berangkat
dari situlah, ketika seorang guru itu tidak mempuyai kemampuan atau ilmu
pengetahuan tentang profesinya sebagai seorang guru, maka suatu kependidikan
tersebut akan tidak sesuai dengan suatu pendidikan yang diinginkan sebelumnya.
Seorang guru disini memang butuh usaha yang keras agar sesuatu yang telah
diinginkan atau yang telah ditargetkan bisa tercapai dengan maksimal. Ketika
sebuah pendidikan tersebut tidak mempunyai pegangan atau pembekalan sebelumnya,
maka pendidikan tersebut tidak akan efektif dan selalu ketinggalan apabila
dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lain yang memakai ilmu
pengetahuan tantang hal kependidikan tersebut atau bisa dikatakan pendidikan
tersebut akan susah mencapai pendidikan
yang sebagaimana mestinya. Sedangkan disini derajat kemampuan guru sejak mula
sudah disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru, baik secara berjenjang
maupun secara keseluruhan.
Factor
kunci keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan adalah pada sistem
pendidikan. Di mana kualitas pendidikan guru akan berdampak pada tinggi
rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan derajat kualitas pendidikan guru
ditentukan oleh tingkat kualitas semua komponen yang masing-masing memberikan
kontribusi terhadap sistem pendidikan guru secara keseluruhan.
Komponen-komponen tersebut adalah siswa calon guru, pendidik, pembimbing calon
guru, kurikulum, strategi pembelajaran,media instruksional, srana dan
prasarana, waktu dan ketersedian dana, serta masyarakat dan sosial budaya.
Semua memberikan pengaruh dan warna terhadap proses pendidikan guru dalam upaya
mencapai tujuan sistem pendidikan guru, yang hasil atau lulusannya dapat
diketahui melalui komponen evaluasi (tahap masukan, tahap proses, dan tahap
kelulusan) secara keseluruh dan berkesinambungan.
B.
Pendidikan
Guru Perspektif pendidikan islam
Setiap
insan yang hidup didunia ini adalah makhluk belajar, yang setiap saat harus
belajar dan belajar. Begitu juga dengan seoarng guru yang masih banyak
membutuhkan ilmu-ilmu pengetahuan untuk mempersiapkan semua apa yang dibutuhkan
nanti oleh siswa. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan
dari diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan[61].
Dari penampilan, sikap, sifat dan lain sebagainya. Penampilan seorang guru
dalam berbagai situasi dan kondisi pada dasarnya merupakan cerminan dari
kualitas kepribadiannya sebagai
keseluruhan prilaku dalam berbagai aspek secara kualitatif membentuk keunikan
dalam interaksi dengan lingkungan.
Dalam
lingkungan pendidikan, penampilan guru merupakan hal yang sangat penting dalam
mewujudkan kenerja professional secara tepat dan aktif. Pendidikan garu dalam
pendidikan islam, mempunyai peranan yang sangat mendasar yaitu memberikan
landasan, corak, dan nuansa islami dalam keseluruhan kenerja pendidikanyang
mencakup aspek-aspek kebijakan, manajerial, operasional, penelitian dan
pengembangan, dan penunjang dari tingkatan macro, messo, dan micro. Pendidikan
guru yang bercorak islami akan menghasilkan sosok guru yang dilandasi secara
kokoh oleh kepribadian akhlak mulia sehingga mampu berkenerja sebagai pendidik
paripurna. pada gilirannya akan terwujud proses pendidikan yang paripurna dan
menghasilkan keluaran paripurna pula.
Dengan
landasan pendidikan islam, maka pendidikan guru akan lebih terjamin
perwujudtannya secara lebih kokoh dengan kebudayan sosial yang islami.
Pendidikan guru dalam islam bertujuan untuk mengembangkan kualitas kepribadian
yang utuh, dan hal-hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan islam yaitu
pembentukan pribadi muslim yang paripurna dan berakhlak mulia. Prof. Muhammad
athiyah Al Abrosy (dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah) ada lima yang tergantung
dalam tujuan asas pendidikan islam yaitu: (1) untuk membantu pembentukan akhlak
mulia, (2) persiapan untuk dunia dan akhirat (3) menumbuhkan ruh ilmiah pada
pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui dan mengkaji ilmu
pengetahuan, (4) menyiapkan peserta didik dari segi professional dan teknis
untuk mengembangkan ketrampilan hidup, (5) persipan untuk mencari rezeki dan
pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.[62]
Pendidikan
guru begitu sangat berperan penting dalam menuju sebuah proses pendidikan yang
baik dan menuju guru professional. Karena guru adalah penunjang bagi peserta
didik dalam segala hal terutama dalam hal proses pendidikan/proses pembelajaran.
Dan dari situ juga guru tersebut akan belajar dan tau akan posisinya sebagai
seorang guru.
Dalam pendidikan
islam, ternyata dari segi unsur-unsur pokok yang terdapat didalam ruang lingkupnya, juga tidak beda jauh
apabila dibandingkan dengan pendidikan guru (Oemar Hamalik)., hanya saja
pendidikan guru (Oemar Hamalik) itu bersifat umum, dan pendidikan guru
perspektif pendidikan islam itu tertuju dan didasari dengan berdasarkan agama atau berbasis agamais. Dari
hasil penelitian penulis, ruang lingkup pendidikan islam yang terdapat
didalamnya adalah: metode-metodenya. kurikulum-kurikulumnya, dan juga
evaluasi-evaluasinya. Dan sedangkan dalam adapun dalam pendidikan guru, ruang
lingkupya juga sama, hanya saja ada beberapa yang tidak ada dalam ruang lingkup
pendidikan guru (Oemar Hamalik) adapun kesamaan antara pendidikan guru (Oemar
Hamalik) dengan pendidikan guru perspektif pendidikan islam dari segi rusng
lingkup antara lain adalah: metode-metodenya, kurikulum-kurikulumnya,
evaluasi-evaluasinya.
[1] prof. Dr. H. oemar hamalik .(pendidikan guru berdasarkan pendekatan kopetensi) Jakarta PT Bumi
Aksara Jl. Sawo Raya No. 18. 2008 hlm: cvr
[2]Oemar Hamalik, ibid,
Halaman V
[3] Mentri
pendiikan nasional .Undang-undang guru dan dosen celeban timurUH III/548 yogyakarta
55168. Pustka belajar tahun 2007. Halaman 3
[15] prof. Dr. H.
oemar hamalik ,Ibid. hlm 103
[16] Frof. Dr. H.
Oemar Hamalik Ibid. Halaman: 104
[17] Frpf. Dr. H.
Oemar Hamalik ,Ibid, Halaman: 107
[30]
Hasan
Basri dan Beni Ahmad Saebani Ilmu Pendidikan Islam (CV Pustaka
Setia Jl. BKR (lingkar selatan) No: 162 Bandung 2010) Halaman:176
[31]
Frof. Dr. H.Oemar
Hamalik ,dasar-dasar
pengembangan kurikulum, ( PT REMAJA ROSDAKARYA, Jl. Ibu Inggit Garnasih. No, 40, Bandung
2007) Halaman : 03
[33] Nur Uhbiyati ilmu
pendidikan islam (IPI) (CV pustaka setia
Bandung 1999) hlm 129
[35] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu pendidikan islam, (Jakarta: kencana prenada
media, 2006), Halaman:. 27-28
[36] Klasifikasi
pengetahuan dalam islam tersebut
disarikan dari Firman Allah SWT.: kami akan memperhatikan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri
(anfus), sehingga jelaslah bagi mereka bawa Al-qur’an itu adalah benar. Dan
apakah tuhanmu tidak cukup(bagi kamu) bahwa sesungguhnya dia menyaksikan segala
sesuatu.”
(QS. Fushshilat : 53)
[37] Hasan Langgulung,
asas-asas pendidikan islam, (Jakarta: al-Husna, 1988),
Halaman.: 6-7
[38] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir.Op, Cit, Halaman
.: 44
[39] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, hlm 45
[40] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, hlm 45
[41] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, Halaman : 46
[42] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, Halaman : 46
[43] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir. Ibid, Halaman : 46
[44]
Abdul Mujib,
kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2006), Halaman
:. 124-125.
[45] Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakkir. Of. Cit, Halaman :. 47-49
[46] Omar Muhammad
Al-Taumy Al-Asyabani, falsafah pendidikan islam, , (Jakarta, Bulan
Bintang, 1979).Halaman : 399.
[47] Nur Uhbiyati ,Of.Cit,
Halaman. : 129
[48] Nur Uhbiyati, ilmu
pendidikan islam , ibid, Halaman :
9
[49] Ahmad Tantowi pendidikan
islam diera globalisasi transformasi
global, (semarang: pustaka Rizki Putra, 2002), Halaman,: .28
[50] Sudirman,
dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1989), Halaman.: 13-14
[51] dan Beni Ahmad
Saebani Ilmu Pendidikan Islam (CV Pustaka Setia Jl. BKR (lingkar
selatan) No: 162 Bandung 2010) Halaman : 182
[52] Oemar Hamalik,
pengajaran unit, (Bandung: Alumni, 1982), Halaman: .106
[53]
Zuhairini,dkk., metodik khasus pendidikan agama, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1981), Halaman : .139
[54] Oemar Hamalik,
Op.cit., Halaman.: 106-107
[55] Abdul Mujib. Op,cit,
Halaman.: 216
[56] Abdul Mujib. Ibid,
Halaman.: 216
[57] E. Mulyasa menjadi
guru professional (menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan )
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm – caver
[58] Syaiful Bahri
Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jl. Jend. Sudirman Kav 36-A,
Blok-B No. 5 Jakarta 2005), hlm 46
[59]
Oemar Hamalik .perencanaan pengajaran berdasarkan
pendekatan sistem (Jakarta PT Bumi
Aksara Jl. Sawo Raya No. 18. 2008) Halaman: V
[60] Ibid,
Halaman 32
[61] Oemar Hamalik,
pengembangan kurikulum pendidikan (Tarsito, Bandung 2005) hlm 21
[62]
Muhammad Surya percikan
perjuangan guru (menuju guru professional, sejatera, dan terlindungi) (Bandung
Pustaka bani Quraisy Jl. Sukanegara No. 7 Antapani bandung 2006) hlm 211